foto: TEMPO |
"Terlalu cepat memberitakan kalau berbasis wadah," ujar Dadan seperti dikutip Teras Muda Cianjur dari CNNIndonesia.com, Selasa (29/4).
Dadan menjelaskan bahwa distribusi wadah makanan ke sekolah-sekolah menggunakan bahan yang berbeda-beda. Sekolah seperti SMP PGRI dan MAN di Cianjur menerima wadah berbahan plastik, sementara sekolah lain mendapatkan wadah berbahan stainless steel.
Ironisnya, hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa wadah plastik di SMP PGRI dan MAN justru dinyatakan negatif dari kontaminasi bakteri. Namun, kasus keracunan justru terjadi di kedua sekolah tersebut. Sebaliknya, sekolah yang menerima wadah stainless steel dilaporkan aman.
"Wadah yang dikirim ke SMP PGRI dan MAN yang berbahan plastik, yang negatif. Tapi kejadian ada di sana. Sekolah yang dikirim menggunakan stainless steel semua aman," jelas Dadan.
Karena adanya kontradiksi data tersebut, Dadan menegaskan bahwa pihaknya belum dapat menyimpulkan penyebab pasti keracunan. Ia memilih menunggu hasil lengkap dan mendalam sebelum membuat pernyataan resmi.
"Jadi kenapa kami belum mau berspekulasi karena ada fakta yang bertentangan," tambahnya.
Sebelumnya, Kepolisian Resor Cianjur menemukan keberadaan bakteri berbahaya seperti Staphylococcus sp, Escherichia coli (E. coli), dan Salmonella sp dalam hasil uji laboratorium terhadap beberapa wadah makanan program MBG. Namun, pihak kepolisian juga belum menetapkan penyebab utama insiden tersebut.
"Kami masih menunggu hasil pemeriksaan lanjutan, termasuk uji sampel makanan dan keterangan dari ahli serta tenaga medis," kata Kasat Reskrim Polres Cianjur, AKP Tono Listianto.
Hingga kini, polisi telah memeriksa 30 orang saksi, termasuk dari pihak sekolah, Dinas Kesehatan, Labkesda, hingga tim pelaksana SPPG Cianjur. Belum ada tersangka yang ditetapkan.
Diketahui, insiden keracunan massal terjadi pekan lalu dan melibatkan puluhan siswa dari dua sekolah di Kabupaten Cianjur. Para siswa mengalami gejala seperti mual, pusing, hingga muntah-muntah, dan sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.
Pasca-kejadian, Pemerintah Kabupaten Cianjur menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) serta memastikan semua korban mendapat perawatan dan pengawasan ketat dari tenaga kesehatan.
Menanggapi kejadian ini, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meminta agar penyelenggara program MBG meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian dalam proses distribusi makanan.
"Jadi gini aja, ya ke depan para penyelenggaranya harus lebih berhati-hati," tegas Dedi.
Pemerintah daerah dan instansi terkait saat ini terus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG agar insiden serupa tidak kembali terulang di masa mendatang.