-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Asal Usul Etnis Sunda di Tanah Parahyangan: Menelusuri Jejak Leluhur Tatar Jawa Barat

Kamis, 22 Mei 2025 | 00.27 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-21T17:27:46Z


Parahyangan, wilayah yang kini dikenal sebagai jantung budaya Sunda di Jawa Barat, menyimpan sejarah panjang tentang asal usul etnis Sunda, salah satu suku bangsa tertua di Nusantara. Dengan bentang alam pegunungan yang subur dan aliran sungai yang melimpah, Tatar Sunda telah menjadi tempat bersemainya peradaban sejak ribuan tahun silam.
 
Awal Mula Peradaban: Jejak Prasejarah di Tatar Sunda

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa wilayah Parahyangan telah dihuni oleh manusia purba sejak zaman prasejarah. Penemuan situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, yang diklaim sebagai salah satu struktur megalitikum tertua di dunia, memperkuat hipotesis bahwa daerah ini pernah menjadi pusat kebudayaan kuno.

Seiring berkembangnya waktu, masyarakat di wilayah ini mulai mengenal pertanian, sistem sosial, dan kepercayaan yang kompleks. Mereka hidup dalam komunitas-komunitas kecil yang berkembang di sepanjang aliran sungai besar seperti Citarum, Cimanuk, dan Cisadane.
 
Tarumanagara: Kerajaan Tertua di Tatar Sunda

Catatan tertulis pertama tentang eksistensi peradaban Sunda muncul dari Kerajaan Tarumanagara, yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di wilayah Bekasi dan Bogor sekarang. Raja yang paling terkenal dari kerajaan ini adalah Purnawarman, yang meninggalkan sejumlah prasasti beraksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta sebagai bukti kejayaannya.

Tarumanagara adalah kerajaan bercorak Hindu yang memiliki pengaruh kuat dari India, baik dalam sistem pemerintahan, hukum, maupun kebudayaan. Kerajaan ini menjadi fondasi awal munculnya identitas politik dan budaya etnis Sunda.
 
Kerajaan Sunda Galuh: Menuju Identitas Sunda

Setelah runtuhnya Tarumanagara pada abad ke-7, kekuasaan berpindah ke Kerajaan Sunda Galuh, yang terbagi menjadi dua wilayah utama: Kerajaan Sunda (Barat) dan Kerajaan Galuh (Timur). Keduanya kemudian bersatu menjadi Kerajaan Sunda Galuh yang berpusat di Pakuan Pajajaran (kini Kota Bogor).

Pada masa ini, istilah "Sunda" mulai digunakan secara luas untuk menyebut wilayah dan penduduknya. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi), yang dikenal sebagai raja agung dan bijaksana dalam legenda masyarakat Sunda.
 
Kejayaan dan Keruntuhan Pajajaran

Kerajaan Sunda Galuh atau Pajajaran menjadi simbol puncak peradaban Sunda klasik. Budaya agraris yang kuat, sistem pemerintahan yang teratur, dan nilai-nilai spiritual yang tinggi menjadi ciri khasnya. Namun, pada abad ke-16, kerajaan ini runtuh akibat tekanan ekspansi Kesultanan Banten dan Cirebon yang membawa misi Islamisasi.

Runtuhnya Pajajaran bukanlah akhir, melainkan awal babak baru dalam sejarah Sunda. Masyarakatnya menyebar ke berbagai daerah pedalaman Parahyangan, mempertahankan bahasa, budaya, dan nilai-nilai leluhur yang diwariskan secara turun-temurun.
 
Warisan Budaya dan Identitas Etnis Sunda

Meski tidak lagi memiliki kerajaan besar, etnis Sunda terus eksis sebagai salah satu kelompok budaya terbesar di Indonesia. Mereka dikenal dengan gaya hidup yang lembut, penuh sopan santun, serta menjunjung tinggi nilai “silih asah, silih asih, silih asuh”.

Budaya Sunda hari ini tercermin dalam bahasa, seni musik (degung, kacapi suling), tari-tarian (jaipongan), kuliner khas (nasi liwet, karedok), dan tradisi lisan seperti dongeng dan pantun Sunda. Semua ini menjadi bukti bahwa etnis Sunda adalah penjaga warisan peradaban yang hidup dan terus berkembang.

Kesimpulan

Asal-usul etnis Sunda di tanah Parahyangan bukan sekadar catatan sejarah, melainkan perjalanan panjang peradaban yang membentuk karakter unik masyarakatnya. Dari zaman megalitikum hingga masa kerajaan, dan dari kejayaan hingga adaptasi modern, Urang Sunda terus menjaga jati dirinya dengan penuh kebanggaan.

 

Editor: Teras Muda Cianjur | Sumber: Balai Arkeologi Bandung, naskah kuno Nusantara, wawancara budayawan Sunda.
×
Berita Terbaru Update