Suasana mencekam dialami oleh rombongan delegasi asal Indonesia yang tengah mengikuti gerakan internasional Global March to Gaza. Berdasarkan informasi dari unggahan akun Instagram @dianayulestari, yang mempublikasikan tangkapan layar pesan dari Ratna Galih, salah satu peserta, rombongan WNI dilaporkan diikuti, digrebek, dan kini dalam pengawasan ketat oleh lebih dari 20 aparat kepolisian Mesir sejak Sabtu pagi.
"Baru tenang, pagi-pagi hotel kita digerebek 20 polisi lebih. Tiga mobil… tiba-tiba bus kita sudah tidak mau nganter. Sekarang kita di-escort sama polisi, tidak bisa ke mana-mana," ujar Ratna Galih dalam pesan yang ditampilkan di unggahan tersebut.
Pengawalan Ketat, Gerak Terbatas
Rombongan dari Indonesia dilaporkan tidak memiliki akses bebas bergerak sejak peristiwa penggerebekan tersebut. Mereka dikawal ketat dan tidak diizinkan keluar dari kota Kairo, terutama mendekati lokasi titik kumpul utama Global March to Gaza.
"Kalau kita ninggalin Kairo atau ngedekat Global March, mereka akan nangkep kita," tulis Ratna. Ia juga menyebut bahwa sebagian peserta dari Malaysia bahkan telah mengalami deportasi oleh pihak keamanan Mesir.
Dikabarkan pula, pihak hotel tempat mereka menginap diberi instruksi oleh aparat agar tidak mengizinkan para peserta keluar. "Polisi langsung samperin manajer hotel dan mereka sudah info ke seluruh staf hotel bahwa kita tidak bisa ke mana-mana," ungkapnya.
Resiko Penahanan dan Deportasi
Rombongan Indonesia disebut telah siap dengan risiko apapun, termasuk kemungkinan ditahan atau dideportasi. Namun, mereka menyatakan tetap bertekad menunjukkan solidaritas kepada warga Gaza dengan membawa bendera merah putih sejajar dengan negara-negara lain yang turut berjuang.
"Rencana kita hanya gabung dengan yang lain, kibarkan bendera Indonesia. Biar sebagai orang Indonesia yang notabene negara Muslim terbesar, bisa hadir di sana," tambahnya.
Salah satu strategi pengamanan mereka adalah bergabung dengan delegasi dari Malaysia, karena menurut Ratna, "pemerintah mereka tidak akan tinggal diam kalau ada apa-apa."
Kondisi Semakin Tegang
Ratna Galih melaporkan bahwa delegasi dari Indonesia di Kairo saat ini ditempel oleh aparat keamanan dan diperkirakan tidak akan lepas dari pengawalan selama satu minggu ke depan. Bahkan, muncul himbauan untuk tidak melakukan posting atau publikasi langsung di media sosial dari lokasi, karena bisa berisiko ditangkap.
"Kalau kita yang post, resiko ditahan. Jadi butuh orang-orang Indonesia yang bantu ramein kondisi di sini," ujarnya.
Situasi di lapangan semakin panas. Menurut laporan yang diterima, sudah mulai terjadi konfrontasi fisik antara peserta aksi dan aparat. Polisi dan tentara bahkan disebut mematikan lampu di titik-titik tertentu untuk membatasi pergerakan peserta aksi dan mencegah dokumentasi situasi.
Panggilan Doa dan Dukungan
Unggahan @dianayulestari turut mengajak masyarakat Indonesia untuk memberikan dukungan moral dan spiritual kepada para delegasi yang sedang berjuang.
"Bantu doa ya teman-teman, bantu berikan semangat untuk mereka, doakan saudara-saudara kita yang menjadi korban selama ini, semoga Allah memerdekakan saudara-saudara kita," tulisnya dalam caption Instagram yang telah mendapatkan lebih dari 100 ribu likes.
Solidaritas Internasional
Foto-foto yang beredar memperlihatkan para delegasi dari berbagai negara — termasuk Indonesia, Malaysia, Swiss, Kolombia, Tunisia, dan Palestina, berdiri bersama mengibarkan bendera masing-masing di titik aksi. Ini menunjukkan kuatnya solidaritas global dalam membela hak-hak rakyat Palestina.
---
Catatan Redaksi: Informasi dalam berita ini diperoleh dari unggahan publik akun @dianayulestari, termasuk tangkapan layar komunikasi yang disinyalir berasal dari peserta di lapangan. Kami akan terus memperbarui laporan ini sesuai dengan perkembangan situasi.