-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tak Ada Hasil yang Datang dari Kekosongan, Semua Harus Disertai Usaha

Senin, 21 Juli 2025 | 23.19 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-21T16:19:44Z


Dalam kehidupan, kita sering kali bermimpi besar. Menginginkan keberhasilan, kemakmuran, dan hidup yang mapan. Tapi banyak pula yang terjebak dalam harapan tanpa tindakan, doa tanpa kerja, dan impian tanpa langkah nyata. Di sinilah falsafah Sunda berbicara lantang:

“Teu aya hasil nu datang ti kosong, sagalana kudu dibarengan ku usaha.”
(Tak ada hasil yang datang dari kekosongan, semua harus disertai usaha.)

Pepatah ini bukan hanya peringatan, tapi juga penuntun. Ia menampar kesadaran bahwa segala yang kita harapkan tak akan menjadi nyata jika hanya sebatas angan. Tidak ada panén tanpa tatanén. Tidak ada kabagjaan tanpa kasusah, tanpa tarékah.
 
Filosofi "Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman"

Orang Sunda memegang prinsip “Ngindung ka waktu, mibapa ka jaman”, yang artinya bijak membaca zaman dan beradaptasi dengannya. Dalam dunia yang terus berubah, usaha bukan hanya tentang kerja keras, tapi juga tentang kerja cerdas dan kesediaan untuk terus belajar.

Usaha bukan semata-mata tentang fisik, tapi tentang ruh dalam tiap tindakan. Bahkan dalam hal kecil sekalipun, seperti menyapa dengan sopan, menepati janji, atau menyelesaikan pekerjaan dengan niat tulus, itu semua bagian dari tarékah nu teu walakaya (usaha yang tidak terlihat, tapi bermakna besar).
 
"Taneuh Lembur" dan Kearifan Lokal

Dalam budaya Sunda, kita mengenal istilah "taneuh lembur" — tanah kelahiran yang penuh makna. Orang tua zaman baheula percaya bahwa siapa pun yang menanam niat baik dan usaha sungguh-sungguh di "taneuh lembur"-na, pasti suatu hari akan menuai hasil. Karena bumi dan langit tak akan ingkar pada usaha manusia yang tulus.

Makanya, orang Sunda selalu diajarkan untuk tidak “ngadeg tanpa dasar” atau berdiri tanpa fondasi. Usaha adalah dasar, kerja keras adalah fondasinya. Seperti pepatah lainnya:

"Hirup mah kudu nyawah heula, da moal aya hujan emas ti langit."
(Hidup itu harus bersawah dulu, karena tak akan ada hujan emas dari langit.)
 
Antara Doa dan Usaha

Doa tanpa usaha ibarat perahu tanpa dayung. Di tengah luasnya samudera kehidupan, kita harus mendayung. Walau lambat, tapi pasti. Bahkan keyakinan spiritual pun dalam budaya Sunda selalu diiringi dengan usaha: “Tawakal teh sanggeus tarékah” — berserah diri itu setelah berjuang, bukan sebelum.

Kita hidup di zaman yang sering menjanjikan jalan pintas. Tapi kebijaksanaan orang-orang Sunda mengajarkan bahwa yang instan itu rentan, yang pelan tapi konsisten akan bertahan.
 
Penutup: Ceurik Acan, Tapi Ulah Pegat Tarékah

Kadang, kita sudah berusaha tapi hasil belum terlihat. Air mata belum kering, langkah masih berat. Tapi dalam kearifan Sunda ada satu pegangan:

“Ceurik acan, tapi ulah pegat tarékah.”
(Menangis boleh, tapi jangan berhenti berusaha.)

Karena dalam tiap tetes peluh dan air mata, ada benih hasil yang tumbuh. Kadang tak terlihat hari ini, tapi esok atau lusa, ia akan mekar dengan cara yang paling indah.

Sagala hasil lahir tina tarékah.
Hirup moal leumpang tanpa usaha.
Teu aya hasil ti kosong.
Anjeun kudu gerak. Ayeuna.
×
Berita Terbaru Update