-->

Notification

×

Iklan

Iklan

YouTube Klarifikasi Kebijakan Monetisasi, Tegaskan Sikap terhadap Konten Tidak Autentik dan Spam AI

Kamis, 10 Juli 2025 | 20.28 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-10T13:29:08Z


YouTube akhirnya memberikan klarifikasi resmi terkait kebijakan monetisasi terbaru yang sempat menuai kontroversi di kalangan kreator konten. Klarifikasi ini disampaikan menyusul kekhawatiran sejumlah kreator yang menganggap YouTube akan secara luas mendemonetisasi video yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).


Langkah klarifikasi ini diambil setelah YouTube mengumumkan pembaruan batasan seputar konten tidak autentik dalam pedoman Program Mitra YouTube (YouTube Partner Program/YPP). Banyak pihak menyalahartikan kebijakan tersebut sebagai langkah YouTube untuk menghapus potensi monetisasi dari konten berbasis AI, yang kemudian memicu reaksi keras dari komunitas kreator.


Dikutip dari laporan The Verge, Kamis (10/7/2025), Kepala Redaksi YouTube Rene Ritchie menjelaskan bahwa perubahan kebijakan yang akan mulai diberlakukan pada 15 Juli 2025 mendatang merupakan pembaruan minor atas ketentuan monetisasi yang sudah ada sebelumnya.


Dalam video klarifikasinya, Ritchie menekankan bahwa kebijakan baru ini bertujuan untuk memastikan hanya konten orisinal dan bernilai tambah yang dapat dimonetisasi. "Bahasa kebijakan yang diperbarui ini dimaksudkan untuk membantu mengidentifikasi konten yang diproduksi secara massal atau repetitif dengan lebih baik," ujar Ritchie.


Konten semacam ini, lanjutnya, sering kali dianggap sebagai spam oleh penonton dan tidak memenuhi syarat untuk monetisasi karena minimnya kreativitas dan nilai orisinalitas.


YouTube menegaskan bahwa penggunaan AI masih diperbolehkan selama AI digunakan untuk enhancement atau peningkatan kualitas konten, bukan untuk membuat video yang berulang tanpa perubahan signifikan. Monetisasi tetap bisa dilakukan jika video tersebut memenuhi seluruh persyaratan dan pedoman platform.


"Yang menjadi perhatian kami adalah penyalahgunaan teknologi AI untuk mereproduksi konten secara massal dan berulang, tanpa sentuhan kreatif atau personal dari kreator itu sendiri," tambah Ritchie.


Fenomena penyalahgunaan AI ini makin marak belakangan ini, di mana banyak kanal menggunakan potongan video milik kreator lain lalu ditimpa dengan sulih suara berbasis AI untuk mengeruk keuntungan. Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang membangun kanal khusus yang secara rutin menyebarkan konten-konten repetitif berbasis AI.


YouTube melihat fenomena ini sebagai ancaman terhadap kualitas dan integritas ekosistem platform, sehingga pembaruan kebijakan dan klarifikasi ini menjadi langkah penting untuk menekan penyebaran konten spam serta memperjelas batasan monetisasi bagi kreator.


"Fokus kami tetap pada mendukung kreator yang membuat konten orisinal dan bernilai tinggi. Pembaruan ini justru untuk melindungi mereka dari persaingan tidak sehat dengan kanal-kanal spam," tutup Ritchie.


Dengan adanya kebijakan baru ini, YouTube berharap para kreator semakin memahami pentingnya keaslian dalam berkarya dan tetap dapat memanfaatkan teknologi, termasuk AI, dengan bijak untuk meningkatkan kualitas konten mereka, bukan untuk menyalahgunakannya.

×
Berita Terbaru Update