-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Ngahargaan Hirup Ku Cara Ngahargaan Batur: Filosofi Sunda Tentang Makna Kehidupan

Rabu, 27 Agustus 2025 | 06.46 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-27T23:44:50Z


Dalam kearifan lokal Sunda, terdapat sebuah pepatah yang sarat makna: “Ngahargaan hirup ku cara ngahargaan batur”. Ungkapan sederhana ini memiliki filosofi yang mendalam, tidak hanya sebatas hubungan antarmanusia, tetapi juga menyentuh inti dari bagaimana kita menata hidup dengan penuh kesadaran dan ketulusan.

Pepatah ini mengajarkan bahwa hidup tidak bisa dilepaskan dari keberadaan orang lain. Sebagaimana pepatah Sunda lainnya menyebutkan, “silih asah, silih asih, silih asuh”, manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang tumbuh bersama, belajar bersama, dan saling memberi manfaat. Maka, menghargai orang lain bukan hanya sikap etis, tetapi juga bentuk penghormatan pada kehidupan itu sendiri.

Menghargai Orang Lain, Menghargai Diri Sendiri

Menghargai orang lain berarti kita mengakui bahwa setiap individu memiliki perjalanan hidup, pengalaman, dan perjuangannya masing-masing. Dalam perspektif Sunda, hal ini sering dihubungkan dengan istilah “ajén diri” dan “ajén batur”.

Ketika kita berusaha menghormati martabat orang lain, sejatinya kita sedang menjaga martabat diri sendiri. Sebab, hubungan sosial ibarat cermin: cara kita memperlakukan orang lain akan kembali pada diri kita. Jika kita menebarkan penghargaan, maka kita pun akan diperlakukan dengan penghargaan.

Inilah filosofi hidup yang sederhana, tetapi sering dilupakan dalam hiruk pikuk kehidupan modern yang penuh dengan kompetisi dan egoisme.

Nilai Filosofi Sunda: Hirup Moal Nyirorot Mun Silih Hargaan

Dalam budaya Sunda, ada pandangan bahwa hidup akan semakin bermakna ketika dijalani dengan prinsip silih hargaan. Kehidupan yang hanya mementingkan diri sendiri ibarat air yang terjebak dalam wadah sempit, ia akan cepat keruh dan tak bermanfaat. Sebaliknya, kehidupan yang penuh penghargaan pada sesama bagaikan aliran sungai yang jernih, memberi kehidupan bagi sekitarnya.

Pepatah “Ngahargaan hirup ku cara ngahargaan batur” juga selaras dengan filosofi Islam yang sangat dekat dengan masyarakat Sunda: “Khairunnas anfa’uhum linnas” – sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Menghargai orang lain bukan sekadar sikap sosial, melainkan bentuk ibadah yang akan menambah nilai kehidupan di hadapan Sang Pencipta.

Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Filosofi ini dapat diterapkan dalam banyak aspek kehidupan, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun kehidupan bermasyarakat.

1. Dalam keluarga, menghargai pasangan, orang tua, dan anak-anak dengan cara mendengarkan, memahami, dan memberi ruang tumbuh, akan membuat keluarga penuh kehangatan.

2. Dalam pekerjaan, menghargai rekan kerja berarti bekerja sama, bukan menjatuhkan. Sikap ini membangun lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

3. Dalam masyarakat, menghargai tetangga dan lingkungan sekitar akan menciptakan suasana guyub, rukun, dan jauh dari konflik.

Dengan demikian, pepatah ini tidak hanya menjadi kalimat indah, tetapi pedoman praktis untuk membangun kehidupan yang lebih harmonis.

Pesan Kehidupan: Hirup Teu Sakedapan

Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan saling merendahkan, iri hati, atau meremehkan orang lain. Menghargai orang lain justru akan memperkaya batin kita sendiri. Dalam setiap senyum, setiap apresiasi, dan setiap penghargaan yang kita berikan, ada energi kebaikan yang akan kembali pada diri kita.

Maka, jika ingin hidup lebih tenang dan penuh makna, mulailah dari hal sederhana: hargai orang lain. Sebab di situlah letak penghargaan kita pada kehidupan.
×
Berita Terbaru Update