Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur, Jawa Barat, menargetkan perbaikan 1.250 sekolah yang mengalami kerusakan berat akibat bencana alam maupun faktor usia selesai pada akhir tahun 2028. Dengan demikian, diharapkan seluruh sekolah di wilayah tersebut tidak lagi mengalami kekurangan ruang kelas.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, Ruhli Solehudin, mengatakan jumlah sekolah yang rusak tersebut terdiri atas 950 Sekolah Dasar (SD) dan 300 Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Selama ini, perbaikan difokuskan pada sekolah yang rusak akibat bencana alam, termasuk gempa bumi. Pembangunan biasanya dibantu pemerintah pusat, namun saat ini sebagian besar mengandalkan APBD Cianjur,” ujar
Menurutnya, pada tahun ini hanya sekitar 20 persen ruang kelas yang dapat diperbaiki. Sisanya akan dikerjakan secara bertahap hingga 2028, mengingat keterbatasan anggaran daerah.
Sementara itu, bagi sekolah yang ruang kelasnya mengalami kerusakan berat, proses belajar tetap dilakukan secara tatap muka dengan memanfaatkan ruang yang masih layak pakai.
“Rata-rata pihak sekolah memaksimalkan ruang kelas yang ada. Misalnya, dari enam ruang kelas hanya empat yang layak, maka semuanya digunakan untuk semua tingkatan, baik secara bergantian maupun dengan sekat pembatas,” jelasnya.
Langkah ini dilakukan agar proses belajar mengajar tetap berjalan normal tanpa harus beralih ke sistem daring. Seluruh siswa, baik SD maupun SMP, diharapkan tetap mengikuti pembelajaran langsung di kelas.
Ruhli menambahkan, pihaknya menargetkan dalam tiga tahun ke depan seluruh sekolah rusak di wilayah Cianjur, mulai dari utara hingga selatan, sudah tertangani. Dengan begitu, tidak ada lagi siswa yang belajar di dalam tenda atau ruangan berdesakan.
“Kami juga akan berupaya mencari tambahan anggaran dari pemerintah provinsi dan pusat. Harapannya, perbaikan bisa selesai sebelum 2028, sehingga siswa dapat belajar dengan aman dan nyaman di ruang kelas yang baru,” tegasnya.