-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tiga Penemuan Baru di Situs Gunung Padang: Batu, Struktur Undakan, dan Pilar Penyangga

Senin, 18 Agustus 2025 | 13.38 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-20T06:41:11Z
Tim peneliti pemugaran dan penelitian lanjutan Situs Megalitikum Gunung Padang di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kembali menemukan tiga temuan baru yang dinilai penting dalam upaya mengungkap misteri situs prasejarah tersebut. Temuan itu berupa batuan, struktur undakan di samping tangga, serta pilar penyangga menuju struktur bawah tanah.

Ketua Tim Peneliti, Ali Akbar, Senin (18/8/2025), menjelaskan tim yang bekerja sejak dua pekan terakhir terus berupaya menyingkap lapisan-lapisan sejarah yang terkubur di Gunung Padang. Situs ini diyakini memiliki usia lebih tua dibandingkan Piramida Giza di Mesir.

“Salah satunya sumber batuan di Gunung Padang, berasal dari Gunung Pasir Pogor yang jaraknya sekitar lima kilometer dari situs. Gunung itu berupa bebatuan dan tim menemukan garis yang membentuk persegi panjang,” kata Ali.

Batuan tersebut akan diuji di laboratorium untuk dicocokkan dengan material bebatuan yang ada di kawasan situs. Bentuknya berupa batang panjang dengan potongan persegi lima, yang diduga terbentuk dari aktivitas vulkanik jutaan tahun lalu.

Sebelumnya, batuan di area situs diduga berasal dari wilayah selatan, tepatnya daerah Ciukir yang berjarak sekitar dua kilometer. Namun pengamatan terbaru mengarah pada sumber di utara situs. “Sampel batu sudah diambil dan hasil laboratorium akan keluar dalam tiga minggu ke depan,” ujarnya.

Struktur Undakan dan Pilar Penyangga

Selain sumber batuan, penelitian terbaru juga menemukan adanya struktur undakan di samping tangga utama menuju teras situs. Saat diamati dari jalur tangga, peneliti melihat adanya formasi susunan batu di antara pepohonan.

Pepohonan itu tumbuh di atas tanah datar yang diduga merupakan bagian dari undakan tambahan, menandakan Gunung Padang bukan hanya lima teras utama yang terlihat saat ini, melainkan sebuah bangunan besar yang lebih kompleks.

“Pada penelitian sebelumnya ditemukan struktur bangunan di kedalaman puluhan meter di bawah tanah. Ada kemungkinan berupa ruangan besar, sehingga kami berusaha membuktikannya,” kata Ali.

Temuan lainnya adalah sejumlah batu berukuran panjang yang berdiri tegak dan tertanam ke dalam tanah. Batu-batu itu diyakini berfungsi sebagai pilar penyangga struktur utama situs. “Kami menemukan sekitar empat batuan yang posisinya berdiri. Diduga inilah pilar penyangga yang menopang struktur bangunan bawah tanah,” tambahnya.

Untuk mengungkap lebih jauh, tim akan menggunakan teknologi pemindaian canggih seperti lidar serta peralatan survei lainnya.

Identitas Pembuat Masih Misterius

Sebelumnya, tim peneliti juga mengonfirmasi bahwa usia Situs Gunung Padang mencapai ribuan tahun sebelum masehi dan diperkirakan sudah ada jauh sebelum munculnya kerajaan-kerajaan Sunda.

Meski begitu, hingga kini belum dapat dipastikan siapa pembuat punden berundak tersebut. Beberapa corak unik ditemukan di batuan situs, seperti tapak harimau dan bentuk menyerupai kujang.

“Awalnya kami menduga itu sekadar lekukan alami akibat tetesan air, tetapi beberapa bentuk terlalu spesifik dan berpola. Karena itu kami mengundang ahli petrografi untuk memastikan apakah corak tersebut alami atau buatan manusia,” jelas Ali.

Hasil diskusi dengan ahli geologi dan petrologi menyebut sebagian lubang pada batuan terbentuk alami akibat pendinginan lava. Namun, corak tertentu yang menyerupai bentuk khas diduga memerlukan kajian mendalam, termasuk kemungkinan hasil pahatan manusia prasejarah.

Ali menegaskan tantangan utama penelitian ini adalah ketiadaan prasasti atau catatan tertulis yang bisa mengungkap identitas peradaban pembangun situs. “Untuk sementara kami menyebutnya sebagai masyarakat pembuat Situs Gunung Padang. Mereka mungkin leluhur masyarakat yang tinggal sekarang, atau justru kelompok berbeda,” katanya.

Penelitian akan terus dilanjutkan agar sedikit demi sedikit misteri Gunung Padang—yang diyakini sebagai situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara dapat terungkap.
×
Berita Terbaru Update