-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Legenda Sungai Cianjur: Antara Sejarah, Alam, dan Kearifan Lokal

Minggu, 19 Oktober 2025 | 11.44 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-19T04:44:56Z



Sungai Cianjur atau dalam bahasa Sunda disebut Ci Anjur bukan sekadar aliran air yang melewati kota, tapi juga nadi kehidupan dan saksi sejarah panjang terbentuknya tanah Pasundan bagian selatan ini.

Asal-usul Nama “Cianjur”

Menurut catatan sejarah dan berbagai sumber lokal, nama Cianjur berasal dari kata “Ci” yang berarti air atau sungai, dan “Anjur” yang dalam interpretasi berbeda diartikan sebagai anjuran, aturan, atau tatanan.

Ada pula versi yang menyebut “Cianjur” berasal dari frasa “Cina Anjur”, merujuk pada komunitas awal di sekitar aliran air tersebut.

Namun, seluruh versi ini sepakat bahwa unsur utama pembentuk nama Cianjur adalah air atau sungai — simbol kesejahteraan dan kesucian bagi masyarakat Sunda.

Jejak Sejarah di Tepi Sungai

Pada abad ke-17, Raden Aria Wiratanudatar atau Raden Wiramanggala mendirikan Cianjur sebagai daerah pertanian yang subur. Sungai menjadi penentu tata ruang pemukiman — di tepi aliran Ci Anjur dan sungai-sungai kecil lainnya, tumbuh sawah, ladang, dan perkampungan.

Air sungai dimanfaatkan untuk irigasi, kebutuhan rumah tangga, bahkan dijadikan patokan arah pembangunan pusat pemerintahan Cianjur kuno.

Nilai Filosofis Sungai bagi Orang Sunda

Bagi masyarakat Sunda, air adalah lambang kahirupan (kehidupan) dan kasucian (kesucian). Dari sana lahir nilai-nilai hidup seperti tata titi duduga peryoga; hidup tertib, penuh perhitungan, dan menjaga keseimbangan.

Sungai Cianjur menjadi pengingat bahwa manusia harus mengalir seperti air: lembut, memberi manfaat, namun tetap kuat menghadapi batu kehidupan.
 
Cerita Rakyat: Legenda Pak Kikir

Selain catatan sejarah, masyarakat Cianjur juga mengenal legenda Pak Kikir, kisah tentang seorang laki-laki serakah yang menyebabkan kampungnya tenggelam oleh air dari bumi. Air itu terus mengalir, membentuk sungai yang disebut Ci Anjur.

Meskipun tak tercatat secara historis, legenda ini mengandung pesan moral yang kuat, bahwa keserakahan dan ketamakan manusia dapat merusak keseimbangan alam.

Kini, Sungai Cianjur dan sungai-sungai lainnya mungkin tak lagi menjadi pusat kehidupan warga kota, namun maknanya masih terasa. Ia tetap menjadi simbol keseimbangan, kesucian, dan asal-muasal kehidupan masyarakat Cianjur.

“Air mengalir tak pernah menolak bentuk. Dari sana, Cianjur belajar: hidup seharusnya memberi manfaat, bukan mengambil tanpa batas.”
×
Berita Terbaru Update