-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Seni Budaya 'Ngadulag'

Sabtu, 22 Juni 2024 | 02.45 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-21T19:45:07Z

 


Ngadulag adalah kegiatan menabuh bedug yang dilagukan atau dimainkan melalui ritmis-ritmis yang dinamis. Dalam tulisan Asep Supriadi (1995: 20), di Kecamatan Cijati (dulu Kecamatan Kadupandak)selain istilah ngadulag dikenal juga dengan nama seni dulag yaitu kegiatan ngadulag yang disajikan dalam tabuhan tertentu sebagai seni pertunjukan. Dalam Kamus Basa Sunda,ngadulag adalah “nabeuh bedug dilagukeun pikeun tanda kudu mimiti puasa, bubar taraweh, waktu sahur, jeung saterusna” (LBBS, 1975:175).

Ngadulag merupakan jenis kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di Kampung Gelar Padang Kecamatan Cijati, Kabupaten Cianjur,  sebelum ada pemekaran wilayah dulu termasuk Kecamatan Kadupandak. Ngadulag biasanya dipentaskan pada acara-acara yang bersifat keagamaan atau hari-hari besar Islam, terutama pada saat menyambut bulan puasa, memperingati Maulid Nabi,namun dalam perkembangannya Dulagdapat disajikan pula dalam perayaan khitanan, perkawinan, penyambutan tamu, dan lain-lain (Asep Supriadi, 1995:1).


Perkembangan Dulag dibagi menjadi 3 periode yaitu:

1. Periode pertama dari tahun 1930 sampai dengan 1950, periode ini masih bersifat kegiatan ngadulag dan mempunyai isyarat ibadah puasa, tokohnya adalah Haji Buhtan. Ngadulag pada periode pertama ini mempunyai fungsi:

a. Untuk mengumpulkan masyarakat untuk mendengarkan ceramah keagamaan dilanjutkan dengan sholat tarawih;

b. Pertanda akan dimulainya bulan puasa;

c. Memberi isyarat untuk menyiapkan makan sahur, sudah saatnya membayar zakat dan saat akan tibanya lebaran syawal.

2. Periode kedua dari tahun 1951 sampai tahun 1975, periode ini masa perubahan dari ngadulag menjadi seni dulag yang dipertunjukan dalam kegiatan keagamaan tokohnya Haji Bahrul. Pada periode kedua ini ngadulag menjadi sebuah seni pertunjukan dalam lingkup kegiatan keagamaan seperti memperingati hari besar islam, pawai ta’aruf Musabaqoh Tilawatil Qur’an, waktu penyajiannya tidak lagi harus bulan puasa.Alat yang digunakan sebuah bedug dan tiga buah kohkol.

3. Periode ketiga dari tahun 1976 sampai sekarang seni dulag telah menjadi seni pertunjukan dalam berbagai kegiatan seperti pada acara pernikahan, khitanan, penyambutan tamu dan hiburan lainnya, tokohnya Dedi Rosadi, Yiyi Sumardi. Pada periode ini telah masuk unsur vokal dalam penyajiannya dan penambahan kecrek.

Tokoh-tokoh seni dulag dari ketiga periode tersebut telah meninggal dunia, sejak tahun 1995 dulag dikelola oleh cucu H. Buhtan bernama Yahudin bin Rudani. Pada awalnya, alat yang digunakan dalam pertunjukan Dulag hanya menggunakan sebuah bedug dan sebuah kohkol. Namun, pada era pengelolaan bapak Yahudin pertunjukan dulag terdiri dari sebuah bedug dan tiga buah kohkol (kurulung, kohkol I, dan kohkol II), dan dalam perkembangan selanjutnya dalam rangka mengakomodir kepentingan kretivitas,dilakukan penambahan alat kohkol yang semula hanya tiga buah menjadi sepuluh buah kohkol. Busana yang digunakan adalah pakaian sehari-hari yang bisa digunakan untuk beribadat di mesjid.


Fungsi awal kegiatan ngadulag dalam masyarakat Cijati/Kadupandak menurut Rukma seperti dikutip Asep (1995:23), antara lain:

1. Untuk mengumpulkan masyarakat tentang kegiatan keagamaan

2. Sebagai tanda saatnya bulan puasa, taraweh, atau membangunkan waktu sahur, tanda peringatan pembayaran zakat

3. Akan berakhirnya bulan puasa atau saatnya memasuki bulan syawal.

Dalam pertunjukan ngadulag tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi ada nilai-nilai lain yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya.

Nilai-nilai itu antara lain adalah kerjasama, kekompakan, ketertiban, ketekunan, dan kerja keras. Selain itu, dengan difungsikannya kegiatan ngadulag telah ditanamkan nilai dan makna untuk saling mengingatkan di antara anggota masyarakat.

Pada periode 1951 sampai 1975, ngadulag tidak hanya disajikan dalam tangkaian bulan puasa, tetapi sudah mulai ditampilkan pada acara-acara keagamaan (Islam) lainnya, seperti peringatan hari besar Islam, pawai ta’aruf musabaqoh tilawatil quran. Perkembangan ini menunjukan bahwa ngadulag tidak diangap sebagai penunjang ibadah, tetapi sudah dikembangkan fungsinya sebagai seni pertunjukan.

Sejak tahun 1976, ngadulag atau seni dulag ini mendapat pembinaan dari penilik kebudayaan Kecamatan Kadupandak, dengan sasaran utama untuk menyambut kedatangan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang akan meresmika Gedung Pertemuan di Kadupandak. Menurut Gito Suparman seperti dikutip Asep (1995:26) Dalam proses pembentukannya, unsur vokal dan penambahan alat musik kecrek sudah mulai dimasukan dalam pertunjukan. Pola tabuhan terdiri berasal dari qasidahan, mawalan, tagonian, pupujian, dan sebagainya.

Adapun struktur pertunjukan dan repertoar lagu yang biasa disajikan terdiri dari bubuka (pembuka);Lagu Inti yang terdiri dari rudatan, terbangan, angklungan, boroboyan, kempulcambuk, angin-angin, jogedan, dan irama silat; dan Lagu Selingan yang didasari oleh pola tabuh qasidahan, mawalan, tagonian, dan pupujian. Dalam hal ini, posisi dulag hanya sebatas pengiring saja. Demikian pula dengan busana yang digunakan sudah dirancang mengunakan pakaian adat kasundaan. Adapun busana yang dipergunakan adalah: 1. Celana Pangsi, 2. Baju Kampret, 3. Iket, 4. Peci/Kopiah, 5. Kain Sarung, dan 6. Sandal Tarumpah.

Sejak kegiatan tersebut eksistensi ngadulag semakin berkembang, dimana 16 desa dari 20 desa di Kadupandak memiliki grup-grup ngadulag atau seni dulag. Dalam perkembangan selanjutnya, pertunjukan ngadulag mempergunakan alat musik: 1 buah bedug; 3 buah alat musik kohkol yang masing-masing diberi nama kurulung, kohkol I, dan kohkol II; dan 2 pasang kecrek. Demikian pula dalam bentuk pertunjukan dibuat dalam bentuk, yaitu pertunjukan di tempat dan pertunjukan dengan cara helaran atau arak-arakan.


> Referensi: Grup Seni Dulag Sridorna
Kp. Karanganyar Rt 01 Rw 02 Ds. Cijati Kec. Cijati Kab. Cianjur
> Maestro: Yahudin bin Rudani
Kp. Karanganyar Rt 01 Rw 02 Ds. Cijati Kec. Cijati Kab. Cianjur
> Warisan Budaya Kemdikbud: 05-11-2020
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1592

×
Berita Terbaru Update