-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Menyelami Warisan Budaya Cianjur: Dari Rengkong hingga Tembang Sunda

Rabu, 21 Mei 2025 | 23.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-21T17:06:09Z
Foto: Ilustrasi kumpulan kesenian budaya Sunda di Cianjur (Dibuat dengan teknologi AI)


Kabupaten Cianjur, yang dikenal dengan sebutan Kota Santri dan Kota Tauco, bukan hanya kaya akan hasil bumi dan wisata alam, tapi juga menyimpan harta tak ternilai dalam bentuk seni budaya tradisional. Dari lereng-lereng pegunungan hingga perkampungan adat, tradisi turun-temurun masih lestari dan hidup berdampingan dengan geliat zaman modern.

Di tengah arus digitalisasi dan globalisasi, Cianjur tetap menjaga identitas budayanya. Ini bukan perkara mudah. Namun, semangat masyarakat Cianjur untuk merawat akar budaya, ibarat aliran air yang terus menghidupi sawah tak pernah kering. Mari menyelami lebih dalam ragam kesenian khas Cianjur yang tak hanya memikat mata, tetapi juga menyentuh jiwa.

Ngarak Posong: Simbol Syukur dan Spiritualitas

Dari Kecamatan Cibeber, muncul sebuah tradisi unik yang dikenal dengan nama Ngarak Posong. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas hasil panen belut yang melimpah. Dalam prosesi ini, pasangan pria dan wanita menari sambil membawa "posong"—alat tradisional penangkap belut—dengan iringan musik Sunda yang syahdu.

Ngarak Posong bukan sekadar pertunjukan seni. Ia adalah pengingat akan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Setiap langkah dan hentakan kaki mengandung doa dan harapan.

Reak: Merayakan Transisi dengan Gempita

Jika Anda pernah menyaksikan iring-iringan meriah dengan topeng, angklung, dan kendang, kemungkinan besar itu adalah Reak. Kesenian ini lahir pada abad ke-12 sebagai hiburan bagi anak-anak yang akan disunat. Namun kini, Reak telah menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Cianjur.

Dengan komposisi 20 orang atau lebih, Reak adalah pesta bunyi dan warna. Selain menghibur, Reak menyampaikan nilai-nilai kerjasama, keberanian, dan pelestarian budaya.

Kuda Kosong: Misteri dalam Helaran Budaya

Setiap perayaan Hari Jadi Cianjur atau Hari Kemerdekaan, Kuda Kosong menjadi ikon yang ditunggu-tunggu. Tidak ada penunggang di atasnya, namun dipercaya menjadi tunggangan gaib Eyang Raden Suryakencana, tokoh legendaris Cianjur.

Dengan iringan musik tradisional dan tarian pengiring, Kuda Kosong memadukan sejarah, mitologi, dan seni pertunjukan dalam satu pawai yang menggugah rasa.

Rengkong: Irama Pikulan yang Mendayu

Dari Kampung Kandangsapi, Rengkong memperlihatkan keindahan dalam kesederhanaan. Pikulan bambu yang dipanggul para pria akan menghasilkan suara mendayu saat bergesekan dengan tali ijuk. Ini bukan hanya alat angkut hasil panen, tapi juga instrumen musik yang memikat.

Penampil Rengkong mengenakan busana adat, memainkan dodog dan angklung buncis, menciptakan suasana yang meriah sekaligus sakral.

Pakemplung: Musik Syukur dari Naringgul

Pakemplung adalah sajian musik dan tari khas dari Kecamatan Naringgul. Lahir dari tradisi Rasul Taun atau Seren Taun, Pakemplung menjadi media ungkapan syukur atas panen yang melimpah.

Dengan alat musik seperti rebab (lengék), penclong, bende, dan kendang khusus, serta tarian ronggeng yang memikat, Pakemplung kini tengah direvitalisasi agar tidak hilang ditelan waktu.

Tembang Sunda: Romansa Lembut dari Masa Silam

Dikenal pula sebagai Mamaos Cianjuran, Tembang Sunda adalah musik vokal klasik yang berasal dari lingkungan bangsawan Priangan. Menggunakan iringan kacapi, suling, dan kadang rebab, tembang ini melantunkan puisi bebas dengan nuansa mendalam.

Tembang Sunda mengenal dua laras: pelog yang ringan dan sorog yang syahdu. Setiap tembang adalah kisah, setiap nada adalah perasaan.

Menjaga Nyala Budaya

Masing-masing kesenian ini adalah nyala lilin yang menjaga terang identitas Cianjur di tengah malam zaman. Pemerintah daerah, pegiat seni, dan masyarakat terus berupaya agar api ini tak padam.

Melalui helaran budaya, festival tahunan, hingga muatan lokal di sekolah, Cianjur mencoba merangkul generasi muda agar mencintai warisan nenek moyang mereka.

Karena di balik setiap irama dan gerak tari, tersimpan hikmah, sejarah, dan cinta pada tanah kelahiran. Dan itu, adalah harta yang tak ternilai.
×
Berita Terbaru Update