Camat Pagelaran, Reki Nopendi, mengungkapkan bahwa fenomena pergerakan tanah yang terjadi di wilayahnya disebabkan oleh kondisi tanah yang labil serta intensitas hujan tinggi yang terus mengguyur selama dua bulan terakhir.
“Pergerakan tanah terjadi sejak dua bulan lalu dan sampai hari ini masih terus berlangsung. Total ada 200 rumah warga yang terdampak, dengan 66 di antaranya mengalami kerusakan berat dan tidak bisa dihuni,” ujar Reki kepada wartawan, Kamis (19/6/2025).
Kerusakan tersebar di dua desa, yakni Desa Situhiang dan Desa Pangadegan. Di Desa Situhiang terdapat 34 rumah rusak berat, sedangkan di Desa Pangadegan ada 32 rumah yang mengalami kerusakan serupa.
Reki menyebut, saat ini warga yang rumahnya rusak berat sementara waktu mengungsi dan menumpang di kediaman sanak keluarga terdekat. Pemerintah kecamatan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur telah melakukan koordinasi untuk percepatan penanganan.
“Kami terus berupaya memberikan penanganan, termasuk menyiapkan langkah antisipatif untuk kemungkinan bencana lanjutan. Masyarakat kami imbau agar tetap waspada mengingat curah hujan masih tinggi,” lanjut Reki.
Selain merusak rumah warga, pergerakan tanah juga mengganggu fasilitas umum yang vital bagi aktivitas masyarakat. Beberapa jalan lingkungan retak dan terputus, serta satu unit masjid dilaporkan mengalami kerusakan pada bagian pondasi dan dinding.
Salah satu warga terdampak di Desa Situhiang, Riki (30), mengatakan pergerakan tanah masih sering terjadi terutama setelah hujan turun. Ia berharap pemerintah segera memberikan penanganan lebih serius, khususnya bagi warga yang terpaksa mengungsi.
“Kondisinya makin mengkhawatirkan. Kami berharap ada solusi jangka panjang, tidak hanya bantuan sementara. Banyak warga yang masih bertahan di rumah keluarga karena takut pulang ke rumah sendiri,” ujar Riki.
Fenomena pergerakan tanah ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat di wilayah rawan bencana. Pemerintah daerah diimbau meningkatkan mitigasi serta sosialisasi mengenai penanganan dini bencana geologis kepada warga.