Acara dibuka dengan prosesi adat “Ngalokat Cai” yang menjadi ciri khas budaya lokal. Tradisi ini melambangkan rasa syukur masyarakat terhadap limpahan sumber air, serta bentuk penghormatan terhadap alam dan Sang Pencipta.
Dalam sambutannya, Sekda menyampaikan selamat atas hari jadi Desa Nanggalamekar ke-43. Ia juga mengungkapkan apresiasi atas semangat warga dalam menjaga nilai-nilai budaya, sembari terus mendorong kemajuan pembangunan desa.
“Usia 43 tahun merupakan usia matang untuk merefleksikan pencapaian dan tantangan pembangunan desa. Mari jadikan momentum ini untuk memperkuat komitmen membangun desa yang lebih beragama, sejahtera, dan berkarya,” ujar Sekda dalam pidatonya.
Sekda menilai penyelenggaraan Nanggala Festival sebagai langkah strategis dan positif dalam pelestarian budaya lokal di tengah tantangan globalisasi dan derasnya arus informasi. Menurutnya, festival ini bukan sekadar hiburan, tapi juga sarana edukasi dan pelestarian nilai-nilai leluhur.
“Nanggala Festival adalah wujud nyata perlawanan kultural terhadap pengaruh negatif globalisasi. Budaya lokal harus menjadi identitas yang terus dijaga dan diwariskan,” tambahnya.
Tradisi “Ngalokat Cai”, yang menjadi sorotan utama dalam acara ini, dimaknai sebagai simbol kearifan lokal masyarakat Sunda dalam memuliakan air sebagai sumber kehidupan dan peradaban.
“Tradisi ini mengajarkan kepada kita bahwa air bukan hanya kebutuhan jasmani, tetapi juga bagian dari keseimbangan spiritual dan ekologis. Di tengah modernisasi, kita tetap harus rendah hati dan selaras dengan alam,” tegasnya.
Acara ini turut dihadiri unsur Forkopimcam Ciranjang, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, serta masyarakat Desa Nanggalamekar. Rangkaian Nanggala Festival 2025 direncanakan berlangsung selama beberapa hari, dengan berbagai agenda menarik seperti pertunjukan seni budaya tradisional, perlombaan permainan rakyat, pameran produk UMKM, hingga kegiatan sosial kemasyarakatan.
Festival ini tidak hanya menjadi ajang hiburan dan nostalgia budaya, namun juga menjadi sarana penguatan identitas lokal dan pemberdayaan ekonomi warga desa.
Festival ini tidak hanya menjadi ajang hiburan dan nostalgia budaya, namun juga menjadi sarana penguatan identitas lokal dan pemberdayaan ekonomi warga desa.