-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Ulama Karismatik Cianjur Selatan, KH Ahmad Sadili Wafat, Tinggalkan Warisan Perjuangan Dakwah dan Pengabdian

Jumat, 29 Agustus 2025 | 18.53 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-31T23:54:46Z
Kabar duka menyelimuti keluarga besar Nahdlatul Ulama dan masyarakat Cianjur Selatan. Ulama kharismatik sekaligus pendiri Pondok Pesantren Nurul Ittihad, KH Ahmad Sadili, wafat di Rumah Sakit Edelwis, Kabupaten Cianjur, pada Kamis (28/8/2025).

Meski namanya tidak begitu populer di tingkat nasional, kiprah Kiai Sadili dalam membimbing masyarakat agar hidup sesuai syariat Islam di Cianjur Selatan tak terbantahkan. Ketelatenannya mendidik santri menjadikannya teladan yang dihormati lintas generasi.

Putra pertama almarhum yang juga pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ittihad, KH Ahmad Yusup atau akrab disapa Kang Aye, menyebut ayahandanya sebagai sosok inspirator sekaligus pejuang umat.

“Beliau adalah ulama kharismatik, pejuang umat, sekaligus tokoh masyarakat yang telah mewariskan semangat perjuangan dan pengabdian tanpa kenal lelah,” ujar Kang Aye dikutip Teras Muda Cianjur dari NU Online Jabar, Jumat (29/8/2025).

Kiprah Keulamaan dan Organisasi

KH Ahmad Sadili lahir di Cianjur, 12 Juli 1959. Sejak muda, ia aktif menimba ilmu di berbagai pondok pesantren, antara lain kepada KH Idal Cirambutan, Pondok Pesantren Cibeureum Sukabumi, Annidham Sukabumi, Al-Muin Cianjur, hingga Darul Falah Jambudipa Cianjur.

Dalam organisasi keagamaan, almarhum pernah menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah MWCNU Takokak, Rois Syuriyah, hingga terakhir dipercaya menjadi Mustasyar MWCNU. Ia juga tercatat sebagai pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Takokak.

Perintis Pesantren dan Desa

Sejak 1985, almarhum mendirikan Pondok Pesantren Nurul Ittihad di Kampung Sukarilah, Desa Waringinsari, Kecamatan Takokak. Menurut adiknya, Ust. Basyir, perjuangan sang kiai dalam mendirikan pesantren dilakukan dengan penuh kemandirian.

“Moal aya duana wa haji mah perjuangan na. Keur bujangan keneh beres sagala digarap, termasuk ngarintis pasantren. Bahkan waktu masih nyantri, beliau rajin berdagang. Itu bukti orang mandiri,” tutur Ust. Basyir.

Selain mendirikan pesantren, KH Ahmad Sadili juga aktif di pemerintahan desa. Ia tercatat sebagai salah satu perintis Desa Waringinsari dan dipercaya menjadi anggota BPD serta Ketua LPM pertama desa tersebut.

Perjuangan Membangun Masyarakat

Dedikasi almarhum tidak berhenti pada pendidikan agama. Ia turut memperjuangkan pembangunan infrastruktur desa, mulai dari jalan antar-dusun, jembatan, hingga sarana air bersih. Upaya ini menjadikannya bukan hanya ulama, tetapi juga pejuang desa yang dicintai masyarakat.

“Semangat perjuangan KH Ahmad Sadili dalam membangun pesantren dan masyarakat adalah warisan yang sangat berharga. Beliau berjuang sepenuh hati untuk agama dan tanah kelahirannya,” ujar Kang Aye.

Doa dan Harapan

Atas wafatnya KH Ahmad Sadili, keluarga besar, santri, dan masyarakat Cianjur Selatan mendoakan agar amal perjuangannya diterima Allah SWT.

“Kami berharap keteladanan beliau menjadi inspirasi bagi seluruh santri, alumni, dan masyarakat untuk melanjutkan perjuangan dakwah dan pengabdian. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, maghfirah, serta menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Nya,” pungkas Kang Aye.
×
Berita Terbaru Update