-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Jejak Emas Kopi Priangan: Dari Cianjur ke Takhta Eropa

Jumat, 26 September 2025 | 20.46 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-26T13:46:53Z


Ketika orang Eropa pada abad ke-18 mulai kecanduan cairan hitam bernama kopi, siapa sangka sebagian besar biji yang mereka hirup aromanya berasal dari sebuah kabupaten di Jawa Barat: Cianjur. Nama wilayah ini pernah menjadi pusat kejayaan perkebunan kopi di Nusantara, bahkan dunia. Sejarawan menyebut, setengah dari perdagangan kopi global yang dikuasai VOC berasal dari Priangan, dan Cianjur berdiri di barisan terdepan.


Dari Priangan ke Eropa


Priangan, sebuah kawasan yang membentang dari Cianjur di barat hingga Ciamis di timur, pernah menjadi salah satu daerah paling penting di bawah kendali kolonial Belanda. Cianjur, bahkan, sempat menjadi ibu kota Karesidenan Priangan sebelum akhirnya pindah ke Bandung pada 1864.


Kekuatan kolonial VOC menjadikan Priangan sebagai laboratorium perkebunan. Dan kopi adalah komoditas utama yang mereka bidik. Catatan sejarah menyebutkan, tahun 1707 menjadi titik awal ketika Bupati Cianjur, Aria Wiratanu III, baru saja naik takhta menggantikan ayahnya. Dari sinilah, cerita panjang kejayaan kopi Priangan bermula.


Aria Wiratanu III: Bupati yang Serahkan Kopi Pertama ke VOC


Empat tahun setelah penanaman wajib kopi diberlakukan di Priangan, Aria Wiratanu III berhasil menyerahkan hasil panen kopi sebanyak satu pikul atau 125 pon kepada VOC. Meski jumlahnya kecil, catatan itu menjadikannya penguasa pribumi pertama yang menyerahkan kopi ke Kompeni.


Namun, produksi kopi baru mencapai skala besar pada 1720. Saat itu, Priangan Barat—termasuk Cianjur—dianggap sebagai daerah penghasil kopi terpenting. Laporan pada 1723 menyebutkan bahwa sudah ada lebih dari 1 juta batang kopi berbuah dan jumlah yang sama untuk bibit muda. Hanya dalam dua tahun, hasil panen melonjak hingga 3,15 juta pon kopi.


Tidak lama kemudian, Cianjur dinobatkan sebagai kabupaten dengan produksi kopi terbesar di Jawa, yang membuat Pulau Jawa menggeser dominasi Yaman sebagai produsen kopi dunia.


Cianjur: “Gabus Pelampung Belanda”


Besarnya produksi kopi dari Cianjur membuat VOC menuai keuntungan luar biasa. Menurut sejarawan G.J. Knaap dalam Coffee for Cash, setengah hingga tiga perempat perdagangan kopi dunia kala itu dikuasai VOC, dan separuhnya berasal dari Cianjur.


Bahkan, sejarawan Saleh Danasasmita mencatat, kopi Cianjur memiliki kualitas terbaik dan menjadi andalan VOC di pasar internasional. Pada masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1762–1818), kas pemerintah Hindia Belanda pernah mengalami surplus berkat kopi Priangan. Tak heran, Belanda menyebut Cianjur sebagai “gabus pelampung Belanda”—karena menopang perekonomian negeri itu dari seberang lautan.


Untung Bupati, Untung Kompeni


Namun, keuntungan itu tidak hanya dinikmati VOC. Para bangsawan pribumi pun ikut merasakan. Ketika Aria Wiratanu III meninggal dunia, catatan menyebut ia masih berhak atas 26.000 ringgit gulden plus bunga. Angka fantastis pada masa itu, yang menunjukkan betapa kopi memberi keuntungan berlipat ganda.


Sejarawan C.R. Boxer mencatat, pada 1730 sekitar 4 hingga 6 juta pon kopi diangkut dari Priangan menuju Belanda setiap tahun. Bahkan seorang pendeta, Franqois Valentijn, sempat mengeluhkan “kecanduan” orang Eropa terhadap kopi Jawa. Menurutnya, pelayan wanita dan penjahit di Belanda enggan bekerja sebelum menyeruput kopi Jawa.


Jejak yang Kini Tersisa


Sayangnya, kejayaan itu kini hanya tinggal cerita. Nama-nama tempat seperti Salakopi di Cianjur diyakini berasal dari hamparan perkebunan kopi produktif pada abad ke-18. Namun, pesona itu pudar seiring perubahan zaman, kebijakan kolonial yang berganti, dan dominasi komoditas lain.


Meski begitu, aroma kejayaan masih menyisakan jejak. Cianjur tetap memiliki potensi besar untuk menghidupkan kembali kopi sebagai identitas lokal.


Asa Kebangkitan Kopi Cianjur


Pemerintah Kabupaten Cianjur kini terus berupaya membangkitkan kembali pamor kopi. Berbagai kelompok tani didorong untuk mengembangkan perkebunan, mulai dari penanaman, pengolahan, hingga pengemasan. Pemerintah juga menyiapkan pasar tetap, agar kopi Cianjur kembali memiliki nama di kancah nasional bahkan internasional.


Harapannya, kopi Cianjur tak hanya menjadi kenangan masa lalu, tetapi bangkit kembali sebagai komoditas kebanggaan. Sejarah mencatat, dari tanah Cianjur-lah dunia pernah mengenal kopi Jawa yang harum mewangi hingga ke ruang-ruang elit Eropa. Kini, tinggal bagaimana generasi baru mewarisi dan menghidupkan kembali jejak emas itu.

×
Berita Terbaru Update