![]() |
| Foto: Ilustrasi/Istimewa |
Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat seorang DJ tampil di panggung dengan musik remix, disusul para penonton yang berjoget, bahkan sebagian mengenakan pakaian terbuka. Penampilan tersebut dianggap melukai perasaan umat Islam, terlebih lokasi acara berada tepat di jantung kota, berdekatan dengan Masjid Agung Cianjur.
Koordinator Gerakan Santri Bersatu Kabupaten Cianjur, Fawaid Abdul Qudus, menyebut konser itu mencederai nilai budaya dan religius masyarakat.
“Jelas itu melukai kami, karena tidak mencerminkan budaya dan nilai etik Kabupaten Cianjur yang dikenal agamis dan Kota Santri,” ujarnya, Rabu (3/9/2025).
Ia menambahkan, pihaknya bersama para santri telah menemui Bupati Cianjur Muhammad Wahyu untuk menyampaikan keberatan sekaligus meminta langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami sudah menyampaikan poin-poin tersebut. Pak Bupati merespon dengan baik. Semoga tata kelola ke depan, baik dari sisi kemanfaatan alun-alun sebagai nilai ekonomi, sosial, maupun pendidikan bisa dibenahi. Supaya masyarakat Kabupaten Cianjur tidak terluka lagi dan tidak ternodai dengan acara seperti itu,” kata Fawaid.
Sementara itu, Ketua MUI Kabupaten Cianjur, Abdul Rauf, juga menyampaikan penyesalannya. Ia menilai konser tersebut tidak layak digelar di area yang berdekatan dengan Masjid Agung Cianjur.
“Sebelumnya sudah ada reaksi dari setiap ormas Islam. Dan saya sudah sampaikan ke bupati terkait kegiatan yang memang tidak patut digelar di dekat Masjid Agung,” ungkapnya.
Hingga kini, Pemerintah Kabupaten Cianjur belum memberikan keterangan resmi terkait langkah evaluasi maupun kebijakan ke depan mengenai pemanfaatan Alun-alun Cianjur untuk kegiatan publik.
