![]() |
| Foto: Koninklijk Instituut voor Taal –, Land – en Volkenkunde |
Kedua gunung ini berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang mencakup wilayah Kabupaten Cianjur, Bogor, dan Sukabumi. Kawasan ini secara resmi ditetapkan sebagai taman nasional pada 6 Maret 1980, menjadikannya salah satu taman nasional tertua di Indonesia. Sebelum itu, sejak masa kolonial Belanda (sekitar tahun 1889), kawasan hutan di sekitar Cibodas telah lebih dulu ditetapkan sebagai cagar alam, salah satu bentuk perlindungan alam paling awal di Nusantara.
Dua Puncak, Dua Makna
Gunung Gede memiliki ketinggian sekitar 2.958 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Pangrango sedikit lebih tinggi, yaitu 3.019 meter. Secara geologis, keduanya merupakan bagian dari kompleks stratovolkanik Gede–Pangrango.
Gunung ini memang memiliki catatan aktivitas vulkanik historis, namun tidak termasuk gunung yang sering meletus dalam era modern. Saat ini, statusnya berada pada level Normal (Level I) menurut catatan vulkanologi Indonesia.
Dalam bahasa Sunda, kata “Gede” berarti besar, menggambarkan bentuknya yang gagah dan mendominasi lanskap. Sementara “Pangrango” diduga berasal dari kata rarangrangan, yang berarti tempat tinggi atau kawasan hutan lebat.
Jejak Spiritualitas dan Cerita Leluhur
Menurut cerita rakyat Sunda, kawasan Gunung Gede Pangrango dipercaya sebagai tempat pertapaan para resi dan raja pada masa lampau. Kisah-kisah dalam naskah lama seperti Carita Parahyangan dan Bujangga Manik menyebut wilayah barat Jawa sebagai pusat spiritual di mana para pendeta mencari kesempurnaan batin.
Salah satu legenda paling dikenal mengisahkan bahwa Prabu Siliwangi, raja besar Pajajaran, pernah bertapa di hutan di kaki Gunung Gede untuk memperoleh petunjuk ilahi. Oleh masyarakat setempat, gunung ini sering disebut sebagai “puser bumi”, pusat kekuatan alam dan spiritual Tanah Sunda.
Catatan penting: kisah ini tergolong mitos budaya, tidak tercatat dalam dokumen sejarah resmi, tetapi tetap hidup sebagai bagian dari warisan lisan masyarakat Sunda hingga kini.
Pusaka Alam dan Keanekaragaman Hayati
Selain menyimpan nilai sejarah dan spiritual, Gunung Gede Pangrango juga merupakan surga keanekaragaman hayati. Di kawasan hutannya hidup berbagai spesies endemik seperti owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), serta edelweis jawa (Anaphalis javanica) yang tumbuh di puncak-puncaknya.
Taman Nasional ini menjadi sumber air utama bagi tiga wilayah besar: Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Sungai-sungai yang berhulu di sini menghidupi jutaan penduduk di hilirnya.
Dari Masa Kolonial hingga Kini
Pada masa kolonial, Gunung Gede dan Pangrango sudah dikenal sebagai lokasi penelitian alam dan pendakian ilmiah. Kebun Raya Cibodas yang didirikan pada tahun 1852 menjadi titik awal berbagai ekspedisi botani dan zoologi di wilayah ini.
Tahun 1889, pemerintah kolonial menetapkan sebagian kawasan sekitar Cibodas sebagai cagar alam, menjadikannya salah satu kawasan konservasi tertua di Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan, wilayah ini diperluas dan pada akhirnya disatukan menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) pada tahun 1980, dengan luas sekitar 24.270 hektare.
Pada masa kolonial, Gunung Gede dan Pangrango sudah dikenal sebagai lokasi penelitian alam dan pendakian ilmiah. Kebun Raya Cibodas yang didirikan pada tahun 1852 menjadi titik awal berbagai ekspedisi botani dan zoologi di wilayah ini.
Tahun 1889, pemerintah kolonial menetapkan sebagian kawasan sekitar Cibodas sebagai cagar alam, menjadikannya salah satu kawasan konservasi tertua di Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan, wilayah ini diperluas dan pada akhirnya disatukan menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) pada tahun 1980, dengan luas sekitar 24.270 hektare.
Gunung yang Menyatukan
Bagi masyarakat Cianjur dan sekitarnya, Gunung Gede Pangrango bukan hanya pemandangan alam — ia adalah identitas dan penjaga harmoni antara manusia dan alam.
Gunung ini mengajarkan keseimbangan: bahwa keagungan alam harus dihormati, dijaga, dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Dalam setiap kabut yang turun di lerengnya, tersimpan kisah, doa, dan sejarah panjang Tanah Sunda.
Referensi:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (TNGGP) – tnggp.id
Kompas Regional Bandung (2022) – Taman Nasional Gunung Gede Pangrango: Sejarah, Flora, dan Fauna
Wikipedia – Mount Gede Pangrango National Park
Jadesta Kemenparekraf – Pendakian Gunung Gede Pangrango
Bujangga Manik (naskah Sunda kuno, abad ke-15)
