Insiden terjadi di tengah kerasnya pertarungan di area lini tengah. Kamera menangkap Haye yang terlihat kesal ketika bagian punggung jerseynya robek, kemudian melepas dan melempar kaus itu di lapangan sebelum wasit menghentikan permainan sesaat sehingga pemain Persib dapat mengganti seragamnya. Tindakan melepas jersey di lapangan ini berujung pada kartu kuning bagi Haye, menurut laporan liputan laga.
Reaksi itu memancing beragam respons dari tribun. Sebagian suporter dan pengamat mengartikan kemarahan Haye sebagai cerminan intensitas pertandingan—fisik, cepat, dan penuh kontak—lalu sebagian lagi melihatnya sebagai bentuk frustrasi atas keputusan wasit atau kerasnya pengawalan pemain lawan. Media yang meliput menyorot bagaimana momen kecil ini memperlihatkan emosi manusiawi seorang pemain yang sedang berjuang di laga besar.
Meski demikian, situasi tak berkembang menjadi kericuhan. Persib segera menenangkan keadaan, Haye menerima jersey pengganti dan kembali bermain. Tim tetap fokus membangun permainan; di paruh kedua Persib memanfaatkan momentum untuk meraih kemenangan lewat sundulan Andrew Jung menit ke-84 yang memastikan tiga poin bagi Maung Bandung.
Pelatih dan staf Persib menilai insiden itu bagian dari dinamika laga yang intens. Secara taktis, Persib menjaga kontrol setelah insiden, menunjukkan kedewasaan untuk tidak membiarkan emosi individu merusak konsentrasi tim. Di sisi lain, untuk Bali United momen itu juga menjadi pengingat agar tetap tenang menghadapi provokasi dan permainan fisik dari lawan.
Mengapa momen seperti ini penting?
Detail kecil—seperti jersey sobek—kerap jadi penanda lebih besar: intensitas duel, tekanan psikologis, dan bagaimana sebuah tim merespons gangguan. Reaksi pemain dan penanganan staf menunjukkan kapasitas manajerial tim dalam menjaga fokus pertandingan. Untuk Bobotoh dan pengamat, kejadian itu menambah warna pada kemenangan Persib di Gianyar, bukan menjadi distraksi.
