-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Dua Pejuang Kemerdekaan Asal Cianjur Selatan

Kamis, 10 November 2022 | 09.31 WIB | 0 Views Last Updated 2022-11-10T02:31:55Z

 


Sejarah mengenai perlawanan rakyat Indonesia, di Kabupaten Cianjur, khususnya diwilayah Cianjur Selatan masih minim diketahui para generasi muda, bahkan hanya sebagian masyarakat yang mengetahuinya.

Perjuangan rakyat di Cianjur Selatan, hampir terjadi diwilayah Kecamatan Kadupandak, Tanggeng, Sukanagara, Agrabinta, hingga Sindangabarang. Disetiap wilayah tersebut dipimpin oleh para pejuang asli daerah Cianjur.

Namun dari antara beberapa pimpianan pejuang yang paling terkenal pada saat itu, di oleh sebagian masyarakat Cianjur Selatan, yaitu Muhammad Uci Soleh.

Dilansir dari Suara Bogor, Muhammad Uci Soleh merupakan sosok pejuang yang paling dicari tentara Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) atau militer angkatan laut dari Kerjaan Belanda disaat perang kemerdekaan dan pasca Kemerdekaan sekitar tahun 1943 sampai 1948 lalu.

Ubed (73) anak kedua Muhammad Uci Soleh, mengisahkan, saat jaman kemerdekaan dan pasca Kemerdekaan beliau masuk dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan memiliki puluhan bawahan.

Pasukan KNIL, tidak hanya memburu pejuang kelahiran 17 Agustus 1920 silam itu. Akan tetapi rekan sekaligus sang pamanya yaitu Tuhfi Syamsudin merupakan sosok pejuang yang paling dicari oleh pasukan KNIL.

"Bapak memiliki banyak bawahan, namun orang yang paling dekat pada saat melakukan perlawanan terhadap pasukan KNIL, diantaranya yaitu, Tatang, Darja, Misbah dan sang pamannya yaitu, Tuhfi Syamsudin," kisah Ubed

Muhammad Uci Soleh dan Tuhfi Syamsudin serta beberapa bawahannya tersebut, merupakan putra asli kelahiran Desa Bojonglarang, Kecamatan Kadupaten, dan setelah dimekarkan Desa Bojonglarang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Cijati.

Perjuangan Muhammad Uci Soleh serta pejuang lainnya itu, tidak hanya berjuang diwilayah Cianjur Selatan, tetapi mereka pun sempat ditugaskan ke Jogjakarta dan wilayah Gunung Rusah disekitaran Bogor - Sukabumi, hingga Bandung.

"Bapak waktu itu dengan rekan - rekannya pergi ke Jogjakarta dengan berjalan kaki, untuk menemui para tentara Belanda untuk melakukan negosiasi dengan berjalan kaki. Namun sesampainya di Jogjakarta mereka malah dijebak, sehingga kembali lagi ke Cianjur Selatan," ucapnya.

Hindun Tuhfi (78) putri pertama dari pejuang Tuhfi Syamsudin mengisahkan, pada saat itu para pejuang hanya bersenjatakan golok yang berukuran panjang, senjat api laras pendek serta bambu runcing.

Muhammda Uci Soleh tutup usia pada 83 tahun, tepatnya meninggal pada 20 Agustus 2004, sedangkan pejuang Tuhfi Syamsudin meninggal dunia diusia 73 tahun, wafat di Cianjur pada tahun 1995.

Meski perjuangan serta jasanya amat besar, Muhammad Uci Soleh tidak dimakamkan di tamam makam pahlawan seperti para pejuang lainnya, jasadnya hanya dimakamkan dibelakang kediaman putri keduanya. Sedangkan Tuhfi Syamsudin dimakamkan di TPU Sirnalaya, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur.


×
Berita Terbaru Update