![]() |
Foto: Media Center Haji 2025 |
Transformasi ini bukan hasil tangan sembarangan. Sosok di balik suasana baru yang meneduhkan itu adalah Dedi Junaedi, pengrajin asal Cianjur, Jawa Barat. Dengan pengalaman bertahun-tahun di dunia dekorasi, Dedi menyulap lorong panas menjadi oasis kecil yang menyenangkan bagi jamaah haji Indonesia.
“Di Indonesia saya sering bikin saung, dekorasi kafe, dan lesehan. Jadi konsepnya saya bawa ke sini biar jamaah merasa nyaman, kayak di rumah sendiri,” ujar Dedi, dikutip dari Metro Pagi Primetime Metro TV, Rabu (28/5/2025).
Dekorasi Bernuansa Alam
Dedi memanfaatkan material alami seperti bambu dan gelagah atau manjah dalam istilah orang Cianjur untuk menciptakan kanopi yang mampu menghalau sengatan matahari. Tak hanya itu, beberapa tanaman hias hidup juga ditempatkan di sekitar lorong untuk memperkuat kesan asri dan sejuk.
Di beberapa sudut, kursi rotan dan elemen dekorasi khas Nusantara turut mempercantik tampilan, menjadikan lorong tenda tidak sekadar jalur lalu-lalang, melainkan ruang istirahat yang menyegarkan.
“Kursinya pakai rotan, biar jamaah bisa duduk santai sambil nunggu. Konsepnya kayak ngopi-ngopi di saung,” tambah Dedi.
Tantangan dan Waktu yang Terbatas
Proyek ini bukan tanpa tantangan. Dedi mengaku hanya diberi waktu 10 hari untuk merampungkan seluruh dekorasi. Saat tim dari Dirjen PHU Kemenag RI, Hilman Latief dan tim monitoring-evaluasi berkunjung, pengerjaan baru memasuki hari ke-7.
“Kalau lewat dari 10 hari, kena denda. Jadi saya kerja siang malam, tidur sedikit. Demi selesai tepat waktu,” ujar pria berusia 48 tahun itu.
Material dekorasi pun sebagian besar dikirim langsung dari Indonesia. Bambu dibawa dari Cianjur, sedangkan gelagah dan bahan dekorasi lainnya berasal dari Palimanan, Cirebon. Seluruh bahan dikirim menggunakan kontainer dan kapal laut ke Riyadh, lalu dirakit di sana sebelum dibawa ke Mina.
Dedi tidak bekerja sendiri. Ia dibantu oleh Opik Jaelani, rekan sesama dari Cianjur, serta satu pekerja lokal asal Yaman.
Mimpi yang Terwujud di Tanah Suci
Yang membuat proyek ini terasa lebih istimewa bagi Dedi adalah harapan lamanya yang akhirnya terwujud: bisa berhaji.
“Saya pernah berdoa semoga bisa berhaji. Ternyata malah dikasih jalan lewat pekerjaan ini. Padahal sekarang visa haji makin susah, banyak yang ditolak dan dipulangkan,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Selain sebagai pengrajin, Dedi juga dikenal serbabisa. Ia pernah mengerjakan pembangunan rumah, memasang keramik, baja ringan, hingga lukisan dinding di kampung halamannya di Cianjur. Namun, kondisi ekonomi yang sulit memaksanya untuk merantau ke Arab Saudi demi mencari nafkah untuk keluarganya.
“Situasi di Cianjur lagi susah. Buat jajan anak saja susah. Saya nunggu satu tahun baru bisa kerja di Saudi,” tuturnya lirih.
Kini, di tanah suci Mina, Dedi membuktikan bahwa kreativitas lokal Indonesia bisa bersinar di panggung dunia. Lorong-lorong tenda yang biasanya hanya tempat persinggahan sementara kini menjadi simbol kenyamanan, berkat tangan terampil seorang anak bangsa.