"Sepak bola telah memberikan saya banyak hal, dari pahitnya kekalahan hingga manisnya kemenangan. Namun, yang paling berharga adalah kenangan dan pengalaman yang saya dapatkan selama 24 tahun karier saya," tulis Maman dalam pernyataannya.
Ia juga menyampaikan rasa syukurnya telah menjadi bagian dari sejarah sepak bola nasional. "Saya bangga menjadi bagian dari perjalanan sepak bola Indonesia, dan saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua klub yang pernah saya bela, serta keluarga saya yang selalu mendukung saya. Terima kasih atas perjalanan yang luar biasa ini," lanjutnya.
Momen Mengharukan: Main Bersama Anak di Laga Terakhir Liga 1
Salah satu momen paling emosional dalam karier Maman terjadi pada 30 April 2024, ketika ia bermain bersama putranya, Rafa Raditya Abdurahman, dalam laga Persija Jakarta melawan PSIS Semarang. Pertandingan yang berlangsung di akhir musim Liga 1 2023/24 itu menjadi panggung perpisahan yang manis bagi sang legenda, sekaligus simbol regenerasi sepak bola dalam keluarganya.
Perjalanan Panjang dari PS PAM Jaya ke Persija Jakarta
Maman mengawali kiprah profesionalnya bersama PS PAM Jaya pada musim 1996–1998. Ia kemudian melanjutkan karier ke Persijatim (1998–2000), sebelum benar-benar mencuat di kancah nasional saat memperkuat Persijatim Solo (2001–2004). Di klub inilah ia mencatatkan 13 penampilan dan 3 gol.
Namanya semakin dikenal publik ketika membela PSIS Semarang pada periode 2005–2008. Meski hanya mencetak satu gol dari 34 penampilan, kontribusinya di lini belakang membuatnya dilirik klub-klub besar.
Pada 2008, Maman direkrut oleh Persib Bandung dan menjadi bagian dari skuad utama selama beberapa musim. Setelah itu, ia sempat memperkuat Sriwijaya FC (2013) dan Persita Tangerang (2014), sebelum akhirnya berlabuh ke klub yang paling melekat dalam kariernya: Persija Jakarta.
Pilar Persija dan Sang Legenda
Bersama Persija Jakarta sejak 2015, Maman menjadi salah satu pemain paling konsisten. Ia tampil dalam lebih dari 150 pertandingan dan membantu klub meraih berbagai prestasi, termasuk gelar juara Liga 1 musim 2018 dan Piala Presiden.
Gaya bermainnya yang tenang, disiplin, dan penuh pengalaman menjadikan Maman sosok panutan di ruang ganti maupun di lapangan. Kepemimpinannya di lini belakang menjadi fondasi kokoh bagi tim-tim yang pernah dibelanya.
Warisan dan Inspirasi
Keputusan pensiun Maman menandai berakhirnya satu era dalam sepak bola Indonesia. Namun, jejak dan warisannya tetap akan dikenang. Bagi banyak pemain muda, Maman adalah inspirasi tentang dedikasi, kerja keras, dan cinta terhadap sepak bola.
Kini, setelah menanggalkan seragam, publik menanti langkah berikutnya dari sang legenda. Apakah akan terjun ke dunia kepelatihan, manajemen klub, atau membina generasi muda seperti putranya,hanya waktu yang bisa menjawab.
Selamat pensiun, Maman Abdurahman. Terima kasih atas kontribusi dan semangatmu untuk sepak bola Indonesia.