-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Parabot Dapur Tradisional Sunda: Warisan Leluhur yang Masih Bertahan di Tengah Modernitas

Selasa, 03 Juni 2025 | 14.52 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-03T07:52:47Z
Di tengah perkembangan teknologi dapur yang serba otomatis, kehadiran parabot dapur tradisional Sunda masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Sunda, terutama di pedesaan. Parabot-parabot ini bukan hanya berfungsi sebagai alat bantu memasak, tetapi juga menjadi simbol kearifan lokal, nilai kebersahajaan, dan kedekatan masyarakat dengan alam.

Berikut adalah beberapa parabot dapur khas masyarakat Sunda yang masih bisa kita temui hingga kini:

1. Aseupan

Aseupan adalah alat untuk mengukus nasi yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut. Biasanya digunakan bersama kastrol atau kukusan dari logam. Dalam proses memasak nasi secara tradisional (ngakeul), aseupan ini digunakan untuk mengukus beras yang telah direndam dan setengah matang dari hasil ditanak.

Fungsi: Mengukus nasi agar pulen dan matang merata.

2. Boboko

Boboko adalah tempat nasi yang juga terbuat dari anyaman bambu. Nasi yang sudah matang disimpan dalam boboko agar tetap hangat dan tidak cepat basi.

Ciri khas: Bentuknya menyerupai kerucut terbalik dengan tutup di atasnya. Boboko menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga.

3. Nyiru (Niru)

Nyiru adalah tampah besar dari anyaman bambu berbentuk bundar dan pipih. Alat ini biasa digunakan untuk menampi beras (misahkeun menak jeung sekam), menjemur bahan makanan, hingga menyajikan makanan dalam jumlah banyak.

Nilai budaya: Meniru menjadi bagian dari aktivitas gotong royong saat panen atau menjelang acara besar di kampung.

4. Kikig

Kikig merupakan saringan dari anyaman bambu yang digunakan untuk menyaring santan, air cucian beras, atau bahan cair lainnya. Alat ini menggambarkan betapa masyarakat Sunda sangat kreatif memanfaatkan bahan alami.

5. Halu jeung Lumbung

Dikenal juga sebagai alu dan lesung, alat ini digunakan untuk menumbuk padi hingga menjadi beras. Biasanya terbuat dari kayu keras, dan digunakan oleh dua atau lebih orang secara bersamaan. Suara ritmis dari penumbukan ini menjadi ciri khas suasana kampung saat panen.

6. Kowot & Kecapi

Kowot adalah teko atau kendi dari tanah liat, digunakan untuk menyimpan dan menyajikan air minum. Sedangkan kecapi (bukan alat musik) di sini merujuk pada wadah besar dari tanah liat yang biasanya diletakkan di sudut dapur untuk menyimpan air bersih.

Keunggulan: Air yang disimpan di dalam kendi akan terasa lebih sejuk secara alami tanpa perlu kulkas.

7. Cikoprak

Cikoprak adalah alat sederhana untuk mencuci tangan yang terbuat dari bambu atau kaleng bekas yang digantung, biasanya di dapur atau dekat tempat makan. Cikoprak memperlihatkan nilai kebersihan dan kesederhanaan dalam budaya Sunda.

Parabot Sunda dan Filosofinya


Setiap parabot dapur Sunda memiliki filosofi yang erat kaitannya dengan kesederhanaan, kebersamaan, dan kearifan lokal. Tidak ada bagian yang terbuang, semua bahan alam dimanfaatkan, dari bambu hingga tanah liat. Selain itu, proses memasak secara manual juga mendidik kesabaran dan ketelitian.

Tetap Bertahan di Tengah Modernitas

Meskipun kini banyak rumah tangga beralih ke peralatan dapur modern, parabot tradisional Sunda masih digunakan dalam kegiatan adat, hajatan, hingga aktivitas rumah tangga sehari-hari di kampung-kampung Cianjur dan sekitarnya. Bahkan, beberapa komunitas urban kini mulai mengoleksi dan menggunakan kembali alat-alat ini karena nilai estetik dan ekologisnya.

Penutup

Menjaga keberadaan parabot dapur tradisional Sunda bukan hanya soal nostalgia, tapi juga bentuk pelestarian budaya dan penghormatan terhadap warisan leluhur. Parabot-parabot ini mengajarkan kita arti kesederhanaan, kebersamaan, dan hubungan harmonis dengan alam.

"Parabot dapur Sunda lain saukur alat masak. Tapi eta téh carita hirup, kahirupan, jeung kabudayaan urang Sunda."
×
Berita Terbaru Update