-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Pengangguran dalam Pandangan Islam: Malas adalah Musibah, Bekerja adalah Ibadah

Selasa, 17 Juni 2025 | 23.06 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-18T02:52:24Z


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan dua kenyataan yang tampaknya saling bertolak belakang. Di satu sisi, banyak orang menganggur, namun di sisi lain, tak sedikit pula lapangan kerja terbengkalai karena sulit mencari orang yang mau bekerja. Fenomena ini menunjukkan bahwa pengangguran tidak selalu disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, melainkan bisa juga karena hilangnya semangat kerja, kemalasan, dan minimnya tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun keluarga.

Islam Memandang Bekerja Sebagai Kewajiban

Islam adalah agama yang menekankan pentingnya usaha dan kerja keras. Dalam pandangan fiqih Islam, mencari nafkah adalah kewajiban (fardhu), sedangkan berpangku tangan tanpa alasan yang sah adalah perbuatan haram. Hal ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah ﷺ:

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ

"Seseorang cukup dikatakan berdosa jika ia melalaikan orang yang wajib ia beri nafkah."

(HR Abu Dawud)

Pengangguran karena kemalasan merupakan bentuk pengkhianatan terhadap potensi yang telah Allah karuniakan, seperti akal, tenaga, kesehatan, dan waktu. Semua nikmat itu seharusnya dimanfaatkan untuk berikhtiar dan berkarya.

Pengangguran dalam Perspektif Para Sahabat

Kecaman terhadap pengangguran juga datang dari para sahabat Nabi ﷺ yang agung. Di antara mereka, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

إِنِّيْ لَأَرَى الرَّجُلَ فَيُعْجِبُنِيْ، فَأقُوْلُ: لَهُ حِرْفَةٌ؟ فَإِنْ قَالُوا: لَا؛ سَقَطَ مِنْ عَيْنِي

"Sungguh kadang aku melihat seorang lelaki yang membuatku terkagum. Lalu aku tanyakan, ‘Dia punya pekerjaan?’ Jika mereka menjawab ‘Tidak’, lelaki itu langsung jatuh wibawanya di mataku."

(Kanzul Ummal No. 9858)

Begitu pula Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menyampaikan kejengkelannya terhadap orang yang memilih tidak berkarya:

إِنِّي لأَمْقُتُ أَنْ أَرَى الرَّجُلَ فَارِغًا، لا فِي عَمَلِ دُنْيَا، وَلا آخِرَةٍ

"Sungguh aku marah kepada orang yang menganggur, yang tidak melakukan amal dunia maupun amal akhirat."

(HR. Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir No. 8539)
 
Pengangguran Menurut Yusuf al-Qaradawi

Cendekiawan Muslim Dr. Yusuf al-Qaradawi membagi pengangguran menjadi dua jenis:

1. Pengangguran Jabariyah:

Mereka yang menganggur karena tidak punya keterampilan atau pendidikan, sehingga tak punya pilihan lain. Islam mendorong mereka untuk belajar dan meningkatkan kapasitas diri.

2. Pengangguran Khiyariyah:

Orang yang memilih menganggur, padahal memiliki tenaga dan keterampilan. Ini yang dikategorikan sebagai pengangguran karena kemalasan dan sangat dicela dalam Islam.
Dampak Negatif Pengangguran

Pengangguran tidak hanya berdampak pada ekonomi pribadi, tetapi juga terhadap kesehatan mental, fisik, dan harmoni sosial. Efek personalnya antara lain:

  • Fisik: sakit kepala, hipertensi, jantung, ginjal, dan kelelahan.
  • Psikologis: kecemasan, depresi, rasa rendah diri, stres, dan perasaan tidak berguna.
  • Keluarga: konflik rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga, penelantaran anak.

Kondisi ini akan menjadi lingkaran setan yang menyulitkan seseorang untuk bangkit jika tidak disadari dan diperbaiki sejak dini.

Dalil-dalil Al-Qur’an Tentang Kewajiban Mencari Nafkah

Allah memerintahkan umat-Nya untuk memberi nafkah sesuai kemampuan, seperti termaktub dalam QS Ath-Thalaq ayat 7:

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِۦ ۖ وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُۥ فَلْيُنفِقْ مِمَّآ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَآ ءَاتَىٰهَا

"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang terbatas rezekinya hendaklah memberi nafkah dari apa yang Allah berikan kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (dengan) apa yang diberikan-Nya."

(QS Ath-Thalaq: 7)
 
Skala Prioritas Nafkah Menurut Hadits

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:

ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ شَيْءٌ فَهَكَذَا وَهَكَذَا، بَيْنَ يَدَيْكَ، وَعَنْ يَمِينِكَ، وَعَنْ شِمَالِكَ

"Mulailah dari dirimu sendiri. Sedekahkanlah untuk dirimu. Selebihnya dari itu untuk keluargamu. Selebihnya lagi untuk kerabat dekatmu. Selebihnya lagi untuk yang di hadapanmu, di kananmu, dan di kirimu."

(HR Muslim)
 
Allah Menilai Setiap Usaha Manusia

Islam mengajarkan bahwa setiap bentuk kerja keras yang dilakukan dengan niat yang benar adalah bentuk ibadah. Allah berfirman dalam QS At-Taubah: 105:

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ

"Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu..."

(QS At-Taubah: 105)
 
Kata Bijak Inspiratif

"Rezeki tidak datang dari langit jika tangan enggan bergerak di bumi."

"Lebih baik lelah bekerja daripada lelah menunggu uluran tangan."

"Kemiskinan bukan aib, tetapi malas bekerja adalah kejatuhan martabat."

"Kesuksesan dunia dan akhirat tidak diraih dengan rebahan."

Penutup: Bekerja adalah Jalan Menuju Kehormatan

Islam bukan hanya menyuruh umatnya untuk berdoa, tetapi juga berusaha maksimal. Bekerja bukan sekadar untuk mendapatkan uang, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan terhadap nikmat Allah, pemenuhan tanggung jawab terhadap keluarga, dan ibadah sosial yang mulia.

Oleh karena itu, mari hindari sikap berpangku tangan. Jadilah pribadi yang produktif, bertanggung jawab, dan bernilai manfaat. Karena sejatinya, kemuliaan hidup terletak pada usaha keras yang diiringi doa yang ikhlas.

وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ

"Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah."

(QS Hud: 88)
×
Berita Terbaru Update