-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Mengikuti Sunnah Kaum Sebelumnya: Peringatan Rasulullah bagi Umat Islam

Kamis, 10 Juli 2025 | 08.13 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-10T01:14:09Z
“Sungguh kamu sekalian akan mengikuti sunnah (kebiasaan) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun mereka masuk ke dalam sarang biawak, niscaya kamu sekalian akan mengikuti mereka.” (HR. Muslim)

Hadits ini merupakan sabda Rasulullah ﷺ yang sarat makna dan menjadi peringatan penting bagi umat Islam sepanjang zaman. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksud itu adalah Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Makna Hadits Secara Umum

Nabi Muhammad ﷺ dalam hadits ini menyampaikan bahwa umat Islam kelak akan mengikuti langkah-langkah umat terdahulu, seperti Yahudi dan Nasrani, secara bertahap dan terus-menerus, bahkan dalam hal yang tidak masuk akal sekalipun. Frasa “sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta” menggambarkan betapa persis dan detailnya umat Islam akan meniru kebiasaan mereka — baik dari sisi budaya, akidah, maupun gaya hidup.

Makna “masuk ke dalam sarang biawak” adalah permisalan tentang sesuatu yang sangat sempit, hina, dan tidak layak diikuti. Tetapi karena keterpesonaan terhadap umat terdahulu (yang telah menyimpang), umat Islam tetap akan mengekorinya, bahkan dalam hal-hal yang merusak.

Tafsiran Ulama

Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "sunnan man kaana qablakum" adalah kebiasaan-kebiasaan dan perilaku umat sebelum Islam yang telah menyimpang dari ajaran Tauhid, yakni Yahudi dan Nasrani. Mereka menyelewengkan kitab suci, membuat bid’ah, terjerumus dalam sekularisme, bahkan menyembah hawa nafsu dan dunia.

Hadits ini adalah peringatan serius bahwa umat Islam bisa kehilangan identitas jika terlalu silau terhadap peradaban lain, lalu meninggalkan ajaran Islam demi mengikuti tren, budaya, atau sistem hidup yang bertentangan dengan syariat.

Dalil Al-Qur’an yang Mendukung

Allah Ta’ala berfirman:

"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui."
(QS. Al-Jatsiyah: 18)

Ayat ini menegaskan bahwa kaum Muslimin harus tetap berada di atas jalan syariat Islam dan tidak mengikuti sistem hidup selain Islam yang berdasarkan hawa nafsu dan kebodohan.

Contoh Relevan di Zaman Sekarang

Peringatan Rasulullah ﷺ ini sangat relevan dengan kondisi umat Islam hari ini. Banyak di antara kita yang lebih bangga dengan budaya asing dibandingkan warisan Islam sendiri. Gaya hidup hedonis, liberalisme dalam beragama, bahkan perayaan hari-hari keagamaan non-Islam, seringkali diadopsi tanpa filter oleh sebagian umat.

Padahal Allah telah memuliakan kita dengan Islam:

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran: 110)

Mengapa kita meninggalkan jati diri kita sebagai umat terbaik, lalu malah mengikuti jalan orang-orang yang telah dimurkai Allah?

Hadits-Hadits Pendukung

1. “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud, hasan)

Hadits ini menguatkan peringatan sebelumnya. Meniru secara sadar dan bangga kepada gaya hidup kaum non-Muslim bisa menyeret kita kepada identitas mereka, bahkan keyakinan mereka.

2. “Kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal...” – diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dengan redaksi yang mirip, menunjukkan kuatnya pesan peringatan ini.

Penutup: Kembali kepada Identitas Islam

Hadits ini bukan sekadar informasi, tapi peringatan. Rasulullah ﷺ tidak sedang menggambarkan kemungkinan, tetapi sebuah keniscayaan yang akan terjadi. Maka tugas kita sebagai umat Islam bukan hanya memahami hadits ini, tapi menjadikannya cambuk untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni dan tidak tercampur dengan budaya dan nilai-nilai asing yang menyimpang.

Mari kita hidup dengan bangga sebagai Muslim, berpegang teguh pada al-Qur’an dan sunnah, serta tetap kritis terhadap budaya luar yang bisa mengikis akidah dan jati diri kita.

“Barang siapa berpegang teguh kepada sunnahku di saat kerusakan merajalela, maka baginya pahala seperti pahala seratus orang syahid.” (HR. Al-Baihaqi, sanad hasan)

Semoga Allah menjaga kita dari fitnah zaman dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang istiqamah dalam mengikuti jalan yang lurus.
×
Berita Terbaru Update