“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka ia telah beruntung dan berhasil. Dan apabila shalatnya berantakan, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika ditemukan kekurangan dalam shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.”
(HR. Tirmidzi, no. 413, dinilai hasan oleh Imam Tirmidzi)
Makna Hadis Secara Umum
Hadis ini menjelaskan betapa penting dan mendasarnya shalat dalam kehidupan seorang Muslim. Di antara seluruh amal ibadah, shalat menjadi yang pertama kali dihisab (diperiksa dan dinilai) pada Hari Kiamat. Ini menunjukkan bahwa shalat adalah tolak ukur awal yang menjadi penentu nasib akhir seorang hamba.
Jika shalatnya baik yakni dilaksanakan dengan ikhlas, khusyuk, dan sesuai tuntunan Nabi ﷺ—maka ia dinilai sebagai orang yang berhasil dan beruntung. Sebaliknya, jika shalatnya rusak, lalai, atau ditinggalkan, maka ia termasuk orang yang gagal dan merugi.
Dalil dari Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang menegaskan pentingnya shalat dan dampaknya di akhirat. Salah satunya adalah firman Allah:
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”
(QS. Maryam: 59)
Ayat ini menunjukkan bahwa menyia-nyiakan shalat menjadi sebab utama manusia tersesat dan binasa di akhirat.
Begitu juga dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.”
(QS. Al-Ankabut: 45)
Ini menandakan bahwa fungsi shalat bukan hanya formalitas, tetapi sebagai penyaring moral dalam kehidupan seorang mukmin.
Kesempurnaan Shalat dengan Shalat Sunnah
Dalam hadis di atas, Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa jika shalat wajib seorang hamba kurang sempurna, maka Allah akan memerintahkan agar dilihat apakah ia memiliki shalat sunnah. Jika ada, maka shalat sunnah tersebut akan digunakan untuk menambal kekurangan dari shalat wajibnya.
Hal ini menunjukkan betapa besar keutamaan shalat-shalat sunnah, seperti:
- Shalat Rawatib (sebelum dan sesudah shalat wajib)
- Shalat Dhuha
- Shalat Tahajud
- Shalat Witir
- Shalat sunnah mutlak lainnya
- Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menjaga empat rakaat sebelum dan empat rakaat sesudah Dzuhur, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari api neraka.”
(HR. Tirmidzi)
Shalat sunnah menjadi bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, memberikan peluang agar amal kita tetap bernilai meski belum sempurna.
Shalat sebagai Identitas dan Pembeda
Rasulullah ﷺ juga menegaskan dalam hadis lain:
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat. Barang siapa yang meninggalkannya, maka sungguh ia telah kafir.”
(HR. Tirmidzi, no. 2621; An-Nasa’i, no. 463; Ibnu Majah, no. 1079)
Ini menunjukkan bahwa shalat adalah identitas utama seorang Muslim. Meninggalkannya secara sengaja dan tanpa alasan syar’i bisa membawa pada kekafiran.
Kesimpulan dan Hikmah
Shalat adalah amal pertama yang dihisab: Pastikan shalat lima waktu tidak ditinggalkan dan dikerjakan dengan baik.
Shalat wajib yang kurang bisa ditambal dengan shalat sunnah: Jangan remehkan shalat sunnah, karena bisa menjadi penolong di akhirat.
Shalat adalah pembeda antara iman dan kufur: Menjaga shalat berarti menjaga iman.
Latih anak dan keluarga sejak dini untuk mencintai dan membiasakan diri dengan shalat.
Sebagai umat Islam, mari kita jadikan shalat sebagai prioritas harian. Bukan sekadar rutinitas, tapi juga sarana komunikasi langsung dengan Allah, yang kelak akan menentukan nasib kita di akhirat.
"Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."
(QS. Thaha: 14)
.jpg)