Setiap harinya, siswa kelas dua dan tiga harus belajar secara bergantian di musala sekolah. Mereka belajar tanpa meja dan kursi, duduk langsung di lantai yang dingin dan sempit. Kondisi ini membuat proses pembelajaran menjadi tidak nyaman dan sering kali mengganggu konsentrasi siswa.
"Kelasnya terbatas di sekolah kita, jadi kelas tiga sama kelas dua bergantian di musala selama seminggu-seminggu," ujar Ido Sutarman, salah satu guru di SDN Karyajaya, Rabu (30/7/2025).
Menurut Ido, keputusan menggunakan musala sebagai ruang kelas alternatif diambil agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan meski fasilitas sangat terbatas. Ia mengungkapkan bahwa jumlah siswa terus meningkat setiap tahunnya, namun penambahan ruang kelas belum pernah terealisasi.
Saat ini, SDN Karyajaya menampung sebanyak 261 siswa dari berbagai tingkatan kelas. Dengan keterbatasan ruang belajar, pihak sekolah pun harus melakukan penyesuaian jadwal agar semua siswa tetap mendapatkan hak pendidikan yang layak.
"Kami berharap ada perhatian dari pemerintah, baik dari tingkat kabupaten maupun provinsi. Minimal ada tambahan ruang kelas agar siswa bisa belajar dengan nyaman dan lebih fokus," harap Ido.
Situasi ini mencerminkan masih banyaknya tantangan dalam dunia pendidikan, khususnya di wilayah pedesaan. Ketimpangan fasilitas pendidikan di berbagai daerah menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah untuk memastikan pemerataan akses dan kualitas pendidikan bagi seluruh anak bangsa.
