Suara tabuhan rebana berpadu dengan lantunan shalawat menggema di aula sederhana Pondok Pesantren Al-Istiqomah, Kampung Pasir Mulud, Desa Jati, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur. Malam itu, suasana penuh kekhidmatan menyelimuti para santri, ustadz, dan masyarakat yang hadir dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Di tengah alunan musik hadroh, dua santri maju ke panggung. Dengan penuh percaya diri, mereka mulai menari mengikuti irama. Gerakan mereka sederhana, namun sarat makna: setiap langkah dan ayunan tangan seakan menyiratkan rasa cinta mendalam kepada Rasulullah SAW. Sorak takbir dan lantunan shalawat dari hadirin menambah semarak pertunjukan itu.
Ekspresi Cinta Rasul Melalui Seni
Peringatan Maulid Nabi di Pesantren Al-Istiqomah tahun ini memang terasa berbeda. Tak hanya diisi dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, maulid, hadroh, dan tausiyah, tetapi juga penampilan seni Islami dari para santri. Tari yang dilakukan dua santri tersebut menjadi momen yang paling ditunggu.
“Ini bentuk ekspresi santri dalam mencintai Rasulullah. Mereka berlatih sederhana, tetapi tampil dengan penuh semangat,” ujar salah satu ustadz pembina pesantren usai acara.
Menurutnya, seni Islami seperti hadroh dan tarian shalawat bukan sekadar hiburan. Lebih dari itu, ia menjadi media dakwah yang menyentuh hati, terutama bagi para santri yang masih muda.
Maulid Nabi, Momentum Meneladani Akhlak
Acara peringatan Maulid Nabi di pesantren ini juga diisi dengan siraman rohani dari para ustadz. Pesan yang berulang kali disampaikan adalah pentingnya meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.
“Maulid bukan hanya perayaan seremonial, tetapi momentum untuk memperbanyak shalawat, menumbuhkan kecintaan, dan mengamalkan ajaran Rasulullah dalam keseharian kita,” ungkap seorang ustadz dalam ceramahnya.
Hadirin yang terdiri dari masyarakat sekitar, wali santri, hingga tokoh desa, tampak larut dalam suasana penuh kehangatan. Mereka mengikuti rangkaian acara dari awal hingga akhir dengan khidmat, sesekali mengabadikan momen dua santri yang menari di tengah lantunan hadroh.
Tradisi yang Terus Hidup
Peringatan Maulid Nabi di pesantren-pesantren pedesaan Cianjur seperti di Al-Istiqomah bukan hanya sekadar tradisi tahunan. Ia telah menjadi ruang kebersamaan, mempererat silaturahmi, sekaligus menjaga budaya Islam yang penuh nilai spiritual.
Bagi santri, tampil dalam acara seperti ini bukan hanya soal keberanian, tetapi juga latihan untuk menyalurkan kreativitas dengan cara yang Islami. Bagi masyarakat, ini adalah pengingat bahwa cinta kepada Nabi Muhammad SAW bisa diwujudkan dengan berbagai bentuk, termasuk seni, ibadah, dan pengabdian.
Dan malam itu, di bawah cahaya lampu sederhana, dua santri kecil dengan gerakannya yang polos berhasil menyampaikan pesan besar: cinta Rasul tidak perlu mewah, cukup tulus dari hati.