Akibatnya, ratusan siswa kelas 4, 5, dan 6 terpaksa belajar di ruang darurat. Bahkan, ruang guru pun dialihfungsikan menjadi ruang kelas. Sebagian siswa juga harus belajar di emper sekolah dan lapangan dengan beralaskan karpet seadanya.
Kepala SDN Padangsari, Adah Nurhayati, mengungkapkan kondisi ini sudah berlangsung selama setahun terakhir. “Ini belajar di luar kelas atau di emper, disatukan satu ruangan untuk dua kelas sudah satu tahun terakhir ini karena atapnya runtuh,” ujarnya, Rabu (24/9/2025).
Menurut Adah, penggunaan tenda sempat dilakukan sebagai alternatif ruang belajar, tetapi tidak bertahan lama karena cuaca panas dan hujan membuat tenda menjadi lapuk. “Belajarnya itu tidak fokus karena kelas lima dan enam digabung. Jadi suasananya bising,” katanya.
Nazma, siswi kelas 4, mengaku tidak nyaman harus belajar di ruang terbuka. Ia berharap pemerintah segera memperbaiki ruang kelas agar proses belajar kembali normal.
“Biasanya di dalam ruangan disatukan dengan kelas lain, tapi sekarang di luar karena kelasnya dipakai untuk ujian UNBK kelas lima. Kalau di luar kurang nyaman, susah fokus,” ucapnya.
Hingga kini, kondisi bangunan yang rusak belum mendapat perbaikan. Situasi ini membuat proses belajar mengajar di SDN Padangsari terus terganggu dan menimbulkan keresahan bagi siswa maupun orang tua.