Suasana duka menyelimuti warga Kampung Bojongkaler, Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Seorang siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Cikembar ditemukan meninggal dunia di rumahnya pada Selasa malam, 28 Oktober 2025.
Korban berinisial AK (14), siswi kelas IX, ditemukan oleh keluarganya dalam kondisi sudah tidak bernyawa sekitar pukul 23.00 WIB.
Kejadian ini langsung dilaporkan ke pihak kepolisian setempat.
“Benar, kami menerima laporan adanya seorang siswi yang ditemukan meninggal dunia di rumahnya. Kami masih melakukan penyelidikan untuk memastikan penyebab pastinya,”
ujar Kasat Reskrim Polres Sukabumi IPTU Hartono, Rabu (29/10/2025).
Surat tersebut berisi permintaan maaf kepada orang tua, guru, dan teman-temannya, serta curahan perasaan yang menggambarkan adanya tekanan sosial di lingkungan sekolah.
Potongan isi surat berbunyi dalam Bahasa Sunda:
“Ajeng lain teu bisa maafin, tapi Ajeng capek, Ajeng sok disindir, diledek, dijauhin. Ajeng hayang tenang, hayang pindah sakola, tapi teu bisa. Ajeng sayang mama, bapak, I love you.”
Terjemahan Bahasa Indonesia:
“Ajeng bukan tidak bisa memaafkan, tapi Ajeng sudah lelah. Ajeng sering disindir, diejek, dijauhi. Ajeng hanya ingin tenang, ingin pindah sekolah, tapi tidak bisa. Ajeng sayang Mama dan Bapak, aku cinta kalian.”
Korban berinisial AK (14), siswi kelas IX, ditemukan oleh keluarganya dalam kondisi sudah tidak bernyawa sekitar pukul 23.00 WIB.
Kejadian ini langsung dilaporkan ke pihak kepolisian setempat.
“Benar, kami menerima laporan adanya seorang siswi yang ditemukan meninggal dunia di rumahnya. Kami masih melakukan penyelidikan untuk memastikan penyebab pastinya,”
ujar Kasat Reskrim Polres Sukabumi IPTU Hartono, Rabu (29/10/2025).
Tinggalkan Surat Tulisan Tangan
Dalam proses penyelidikan, polisi menemukan surat tulisan tangan yang diduga dibuat oleh korban sebelum meninggal.
Dalam proses penyelidikan, polisi menemukan surat tulisan tangan yang diduga dibuat oleh korban sebelum meninggal.
Surat tersebut berisi permintaan maaf kepada orang tua, guru, dan teman-temannya, serta curahan perasaan yang menggambarkan adanya tekanan sosial di lingkungan sekolah.
Potongan isi surat berbunyi dalam Bahasa Sunda:
“Ajeng lain teu bisa maafin, tapi Ajeng capek, Ajeng sok disindir, diledek, dijauhin. Ajeng hayang tenang, hayang pindah sakola, tapi teu bisa. Ajeng sayang mama, bapak, I love you.”
Terjemahan Bahasa Indonesia:
“Ajeng bukan tidak bisa memaafkan, tapi Ajeng sudah lelah. Ajeng sering disindir, diejek, dijauhi. Ajeng hanya ingin tenang, ingin pindah sekolah, tapi tidak bisa. Ajeng sayang Mama dan Bapak, aku cinta kalian.”
Polisi Selidiki Dugaan Perundungan
Kasus ini kini ditangani oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Sukabumi.
Kasus ini kini ditangani oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Sukabumi.
Sejumlah saksi dari pihak keluarga, teman sekelas, dan pihak sekolah telah dimintai keterangan.
“Kami sedang mendalami apakah benar ada unsur perundungan (bullying) di sekolah. Saat ini kami fokus mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak,”
kata IPTU Hartono menambahkan.
Sementara itu, pihak MTsN 3 Cikembar menyatakan turut berduka dan siap mendukung proses penyelidikan.
“Kami sedang mendalami apakah benar ada unsur perundungan (bullying) di sekolah. Saat ini kami fokus mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak,”
kata IPTU Hartono menambahkan.
Sementara itu, pihak MTsN 3 Cikembar menyatakan turut berduka dan siap mendukung proses penyelidikan.
Pihak sekolah juga menyebut bahwa belum dapat menyimpulkan penyebab pasti kejadian tersebut hingga hasil pemeriksaan selesai.
Keluarga Tolak Pemeriksaan Mendalam
Pihak keluarga korban menolak dilakukan autopsi terhadap jenazah.
Korban telah dimakamkan pada Rabu pagi, 29 Oktober 2025, di pemakaman umum setempat.
Salah satu kerabat korban menyebut bahwa almarhumah sempat beberapa kali bercerita tentang perasaan tidak nyaman di sekolahnya.
“Pernah curhat kalau sering disindir dan dijauhi teman. Kami sangat terpukul. Semoga ini jadi pelajaran untuk semua pihak,” ujar salah satu keluarga korban dengan suara bergetar.
Keluarga Tolak Pemeriksaan Mendalam
Pihak keluarga korban menolak dilakukan autopsi terhadap jenazah.
Korban telah dimakamkan pada Rabu pagi, 29 Oktober 2025, di pemakaman umum setempat.
Salah satu kerabat korban menyebut bahwa almarhumah sempat beberapa kali bercerita tentang perasaan tidak nyaman di sekolahnya.
“Pernah curhat kalau sering disindir dan dijauhi teman. Kami sangat terpukul. Semoga ini jadi pelajaran untuk semua pihak,” ujar salah satu keluarga korban dengan suara bergetar.
Pesan Kemanusiaan: Stop Bullying di Sekolah
Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak — orang tua, guru, dan siswa — untuk lebih peka terhadap kondisi psikologis anak.
Bullying, baik secara langsung maupun melalui media sosial, dapat meninggalkan luka batin yang dalam.
Mari bersama menciptakan lingkungan belajar yang aman, penuh kasih, dan saling menghargai.
Satu kata bisa menyembuhkan, satu ejekan bisa menghancurkan.
Redaksi Teras Muda Cianjur menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban.
Semoga almarhumah mendapat tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga diberi ketabahan.
Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak — orang tua, guru, dan siswa — untuk lebih peka terhadap kondisi psikologis anak.
Bullying, baik secara langsung maupun melalui media sosial, dapat meninggalkan luka batin yang dalam.
Mari bersama menciptakan lingkungan belajar yang aman, penuh kasih, dan saling menghargai.
Satu kata bisa menyembuhkan, satu ejekan bisa menghancurkan.
Redaksi Teras Muda Cianjur menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban.
Semoga almarhumah mendapat tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga diberi ketabahan.