-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Kathy Foley, Dalang Amerika yang Membawa Wayang Golek ke Panggung Dunia

Jumat, 03 Oktober 2025 | 10.03 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-03T03:03:26Z


Nama Kathy Foley mungkin terdengar asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Namun bagi dunia seni pertunjukan, khususnya seni perwayangan, ia adalah sosok penting yang berhasil menjembatani tradisi lokal Nusantara menuju panggung global. Foley bukan hanya seorang akademisi dan penulis, tetapi juga dalang perempuan asal Amerika yang mendalami wayang golek Sunda dan mengangkatnya ke dunia internasional.
 
Perjalanan Akademis dan Karier Internasional

Kathy Foley adalah Distinguished Research Professor of Performance, Play, and Design di University of California, Santa Cruz. Sebelum itu, ia pernah mengajar di sejumlah universitas ternama, termasuk University of Hawaii, University of Malaya (Kuala Lumpur), Chulalongkorn University (Bangkok), hingga Yonsei University (Seoul).

Sebagai akademisi, Foley dikenal luas lewat perannya sebagai editor Asian Theatre Journal dari tahun 2005 hingga 2018. Dedikasinya di dunia akademik membuatnya diganjar ATHE Award for Excellence in Editing pada 2019. Ia juga aktif di organisasi dunia seni pertunjukan boneka, UNIMA (Union Internationale de la Marionnette), baik di tingkat Amerika Serikat maupun internasional.
 
Dari Sastra Inggris ke Dunia Wayang

Lahir dan besar di Amerika Serikat, Foley awalnya menempuh pendidikan Sastra Inggris di Rosemont College, Pennsylvania (BA, 1969). Namun ketertarikannya pada seni pertunjukan membuatnya melanjutkan studi Teater di Yale School of Drama dan University of Massachusetts-Amherst (MA, 1975), lalu meraih gelar doktor di University of Hawaii (PhD, 1979).

Perjumpaannya dengan dunia wayang berawal dari sebuah lokakarya bersama Jacques Lecoq yang membuatnya tertarik pada seni topeng dan boneka. Tahun 1974, setelah belajar di Center for World Music di Berkeley, California, Foley mementaskan lakon Arjuna Wiwaha dalam gaya wayang parwa Bali. Pertunjukan ini bahkan disebut sebagai penampilan dalang perempuan Bali pertama dari luar negeri.




 
Berguru pada Dalang Legendaris Sunda

Rasa ingin tahu Foley terhadap seni tradisi Indonesia membawanya ke Bandung, Jawa Barat. Di kota kembang ini, ia belajar langsung dari maestro-maestro dalang Sunda, seperti Dalang Asep Sunandar Sunarya, Dalang Abah Sunarya, hingga Dalang Otong Rasta. Ia mendalami wayang golek purwa maupun wayang cepak, bahkan ikut tampil dalam acara keluarga gurunya pada tahun 1978 dengan memainkan kisah Amir Hamzah.

Pengalamannya ini bukan sekadar riset akademis, melainkan praktik mendalam yang menjadikannya salah satu orang asing pertama yang tampil di Pekan Wayang Nasional Indonesia (1988). Kehadirannya membuka mata banyak orang bahwa wayang bukan hanya milik satu bangsa, tetapi bisa menjadi warisan dunia.
 
Membawa Wayang ke Panggung Dunia

Sejak menjadi profesor di University of California Santa Cruz pada 1980, Foley tak hanya berkutat di ruang kuliah. Ia mementaskan wayang golek di berbagai sekolah, universitas, museum, hingga festival musik di Amerika. Karyanya menembus institusi internasional bergengsi, mulai dari Smithsonian Institution (Washington, D.C.), San Francisco Asian Art Museum, Harvard University, hingga University of Melbourne (Australia).

Tak hanya itu, Foley juga mengkurasi pameran boneka dan topeng Asia di Center for Puppetry Arts (Atlanta), East-West Center (Honolulu), hingga National Geographic Society (Washington). Melalui kerja kuratorial ini, ia memperkenalkan kekayaan seni Asia kepada audiens global.




 
Karya Kreatif: Dari Noh Jepang hingga Wayang Elektrik

Selain wayang tradisional, Foley juga berani bereksperimen dalam dunia penyutradaraan. Ia menggabungkan topeng gaya Noh Jepang, boneka bunraku, boneka Barbie, hingga pertunjukan bayangan elektrik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Farewell to Manzanar (1997), yang mengangkat kisah interniran Jepang di Amerika tahun 1942.

Ia juga bekerja sama dengan seniman lain, seperti memanfaatkan teknik wayang listrik karya Larry Reed dalam Baba, Flight of the Monkey King (2001), atau berkolaborasi dengan penyanyi pansori Korea, Chan Park, dalam karya Fox Hunts and Freedom Fighters (2009).
 
Penerus Seni dan Akademisi Dunia

Dalam perjalanan panjangnya, Foley telah menghasilkan banyak publikasi tentang seni pertunjukan Asia Tenggara. Ia juga membimbing murid-murid internasional, mulai dari seniman boneka Israel Patricia O’Donovan dan Michael Schuster, hingga akademisi dan dalang Bali, I Nyoman Sedana.

Kiprahnya diakui dunia, dengan dukungan dari berbagai lembaga bergengsi seperti Fulbright, Asian Cultural Council, hingga Yale Institute of Sacred Music.
 
Warisan Budaya yang Mendunia

Kathy Foley bukan sekadar akademisi atau dalang. Ia adalah jembatan budaya yang menghubungkan seni tradisi Nusantara dengan dunia internasional. Dari panggung wayang di Bandung hingga aula universitas top dunia, Foley membuktikan bahwa tradisi lokal bisa menjadi tontonan global.

Keberadaannya menjadi pengingat bahwa seni budaya Indonesia bukan hanya harus dijaga oleh bangsa sendiri, tetapi juga dapat menjadi sumber inspirasi lintas negara. Lewat dedikasi Foley, wayang golek Sunda kini memiliki panggung yang lebih luas dan mendapat tempat dalam percakapan seni global.
×
Berita Terbaru Update