Jejak Santri di Cianjur: dari Dinding Klasik hingga Layar Digital
Di pondok-pondok Cianjur, di ruang belajar lama yang terpencil atau di bangunan baru yang mulai memanfaatkan teknologi, santri melangkah dengan tenang tetapi pasti. Kitab kuning dibuka; malamnya dzikir dan shalawat menggema. Di pagi hari, langkah kaki menuju musala adalah wujud sederhana dari tekad: menjaga nilai, menuntut ilmu, dan menebar manfaat.
Cianjur dikenal sebagai salah satu kabupaten dengan jumlah pesantren terbanyak di Jawa Barat. Berdasarkan data Kementerian Agama, tercatat sekitar 353 pesantren yang aktif dan terdaftar secara resmi, sementara dalam sistem statistik kelembagaan terdapat hingga 1.800-an lembaga pendidikan keagamaan di wilayah ini. Angka tersebut menunjukkan betapa kuatnya denyut kehidupan pesantren di tanah Tauhid ini dari pesisir selatan hingga lereng pegunungan di utara, dari pesantren tradisional hingga modern, semua menebar cahaya ilmu dan akhlak.
Meski mungkin tak sebesar pesantren-besar di kota besar, keberadaan pesantren di Cianjur sangatlah penting sebagai benteng moral, penggerak sosial, dan oase kebersamaan di tengah perubahan zaman. Di sana, tali persaudaraan antar-santri dan keikhlasan pengasuh menjadi pondasi yang kokoh untuk menghadapi tantangan modernitas: globalisasi, digitalisasi, dan gempuran arus budaya.
Mengawal Kemerdekaan dengan Ilmu dan Akhlak
“Kemerdekaan” di sini bukan sekadar kemerdekaan dari penjajahan fisik, tetapi kemerdekaan jiwa: kemerdekaan untuk menuntut ilmu, mengerti agama, berkiprah di masyarakat tanpa kehilangan identitas santri. Tema “Mengawal Indonesia Merdeka” menegaskan bahwa tugas santri tidak berhenti di masa lalu perjuangan belum selesai.
Di Cianjur, santri-santri itu bangun pagi, membaca Quran, menghafal hadits, belajar fikih dan tasawuf, dan kemudian turun ke masyarakat: membantu kegiatan kemasyarakatan, mengajari anak-anak kampung, atau ikut kegiatan sosial. Dengan demikian, mereka ikut menjaga kemerdekaan bangsa kebebasan berpikir, berkarya, hidup dalam akhlak mulia.
Menuju Peradaban Dunia: Santri Cianjur dalam Wawasan Global
Frasa “Menuju Peradaban Dunia” bukan hanya jargon kosong. Logo resmi Hari Santri 2025 menggambarkan sebuah “pita cakrawala” pita warna-warni yang melambung ke atas, simbol bahwa santri mesti bergerak dari akar tradisi menuju cakrawala yang lebih luas.
Pada skala Cianjur, ini berarti bahwa santri tak hanya menghafal kitab kuning dan berdakwah lokal, tetapi juga membaca dinamika zaman: teknologi informasi, perubahan sosial, tantangan lingkungan, serta interaksi antar-budaya. Santri-santri ini punya kesempatan dan tanggung jawab menjadi jembatan antara pesantren dan dunia: dunia akademik, dunia bisnis halal, dunia lingkungan dan kemanusiaan.
Santri dan Pesantren: Warisan yang Menuntun
Pesantren-pesantren di Cianjur menyimpan warisan luhur: khidmah, ikhlas, ukhuwah. Nilai-nilai ini menjadi penguat ketika dunia bergerak cepat dan terkadang menyapu kehidupan religius dengan materialisme. Di penghujung malam, ketika para santri berkumpul dalam istighasah atau majelis shalawat, terasa sekali bahwa mereka bukan sekadar pelajar mereka penjaga ruh bangsa.
Sebab itulah, peringatan Hari Santri bukan sekadar seremoni: ia adalah momen refleksi dan aksi. Santri sekarang diundang untuk mengawal kemerdekaan moral, budaya, spiritual; dan untuk mengarahkan pandangan ke cakrawala global dengan ilmu, karya, dan akhlak yang memberi rahmat bagi alam semesta.
Harapan bagi Cianjur dan Bangsa
Bagi Cianjur, dengan semua keistimewaan alam dan pesantren-nya, ada harapan besar: semoga santri-santri di sini menjadi agen perubahan yang ringan langkahnya namun besar dampaknya. Mereka bisa menjadi penggerak pemberdayaan masyarakat desa, pelopor ekonomi halal, penjaga lingkungan (sesuai gerakan “satu santri satu pohon” yang diselenggarakan dalam rangkaian Hari Santri 2025).
Bagi bangsa, santri adalah jembatan antara tradisi dan modernitas antara cinta tanah air dan kecintaan pada kemanusiaan universal. Dengan tema ini, santri diundang bukan hanya menjaga warisan masa lalu, tetapi juga mengukir peradaban masa depan.
Doa, Langkah, dan Cahaya Baru
Ketika tanggal 22 Oktober tiba, dan ribuan santri di seluruh Indonesia, termasuk di Cianjur, mengumandangkan doa, menyalakan lilin, menulis harapan, satu hal pasti: semangat untuk mengawal kemerdekaan dan menapaki peradaban dunia tetap membara.
Semoga Allah ﷻ membimbing para santri dan pesantren di Cianjur agar senantiasa menjadi cahaya yang menuntun untuk kampung, untuk bangsa, dan untuk dunia. Karena di balik keheningan malam, justru tumbuh gemuruh doa, dan di balik langkah kecil santri hari ini, terlahirlah generasi yang siap menggenggam cakrawala.

