-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Bukan Konten, Tapi Ketulusan! Kisah Sopir Angkot Cianjur yang Viral

Senin, 03 November 2025 | 21.42 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-13T14:43:54Z
Di balik deru mesin angkot berwarna merah muda yang melintas di jalur Cianjur–Cugenang, tersimpan kisah sederhana tentang kebaikan yang menyentuh hati. Dani Aziz (33), atau yang akrab disapa Bos Kecil, bukan sekadar sopir angkot biasa. Setiap pagi, ia mengemudikan kendaraannya sambil menebar senyum dan kebaikan, terutama bagi para siswa SD yang menjadi penumpangnya.

Sebab, di angkot milik Dani, anak-anak sekolah bisa naik tanpa membayar sepeser pun.

“Candak-candak, teu kedah mayar. Jang jajan we,”
ujar Dani dalam logat Sunda yang hangat — yang berarti “Silakan naik, nggak usah bayar, uangnya buat jajan saja.”

Kalimat sederhana itu kini viral di media sosial, setelah sebuah video yang memperlihatkan aksinya ramai ditonton hingga 4,9 juta kali. Dalam video itu, Dani tampak menurunkan anak-anak sekolah sambil tersenyum dan melambaikan tangan.

Namun, di balik viralnya video tersebut, kebaikan Dani bukanlah konten semata. Ia sudah melakukannya secara rutin selama enam bulan terakhir.

“Itu bukan sekadar konten. Setiap hari, sejak enam bulan lalu, saya memang gratiskan ongkos untuk siswa SD. Kebetulan waktu itu direkam, terus diunggah dan jadi viral,” tutur Dani, dikutip dari Detik Jabar, Minggu (2/11/2025).

Kebaikan hati itu berawal dari pengalaman pribadi yang membekas dalam hidupnya. Suatu hari, anaknya pulang sekolah dengan berjalan kaki beberapa kilometer karena tidak memiliki uang untuk ongkos.

“Alasannya sederhana. Anak saya pernah jalan kaki karena nggak punya uang ongkos,”
kata Dani pelan.

Ia pun teringat masa lalunya, ketika harus berjalan kaki di malam hari agar sisa uangnya bisa digunakan untuk keluarga.

“Waktu itu saya cuma punya Rp30 ribu. Kalau naik ojek, habis Rp15 ribu. Saya pilih jalan kaki biar uangnya buat anak dan istri. Tapi di tengah jalan ada orang baik kasih tumpangan. Dari situ saya janji, kalau bisa bantu orang, saya bantu,”
ujarnya.

Setiap hari, Dani memulai rutinitasnya sejak pukul 05.30 WIB. Ia menembus udara dingin Cianjur bagian utara, berhenti di pinggir jalan setiap kali melihat anak sekolah berjalan kaki. Dalam sehari, sekitar 15–20 siswa SD ia antar tanpa memungut bayaran.

Meski secara finansial terasa berat, Dani justru menemukan kebahagiaan di situ.

“Kalau dihitung-hitung memang hilang pemasukan, tapi ini kepuasan pribadi. Lihat anak-anak senyum karena bisa jajan dari uang yang seharusnya buat ongkos, rasanya bahagia,”
katanya sambil tersenyum.

Padahal, di tengah persaingan ketat dengan angkutan online, pendapatan Dani kian menurun. Dulu ia bisa membawa pulang Rp300 ribu per hari, kini hanya sekitar Rp100 ribu — itu pun sebelum dipotong setoran ke pemilik angkot sebesar Rp70–80 ribu.

Namun, rasa ikhlas dan semangat berbagi membuat Dani tak menyerah. Dari hasil siaran langsung (live streaming) di media sosial yang kini banyak penontonnya, ia bahkan kerap menerima hadiah uang dari warganet. Tapi lagi-lagi, ia tidak menyimpannya untuk diri sendiri.

“Karena niatnya bukan cari simpati, uang dari hasil live itu saya bagikan ke anak-anak yang naik angkot. Alhamdulillah, mereka senang. Lihat mereka senyum tuh, rasanya kayak lihat anak sendiri,” ujarnya penuh haru.

Dani mungkin hanya seorang sopir angkot, tapi hatinya lebih besar dari kendaraan yang dikemudikannya. Di tengah kerasnya hidup dan jalanan yang tak selalu ramah, ia memilih untuk menjadi bagian dari kebaikan — sederhana, tapi nyata.
×
Berita Terbaru Update