Ketua Tim Peneliti, Dr. Ali Akbar, menjelaskan bahwa penelitian terdahulu telah menemukan susunan bebatuan di kedalaman tanah yang menyerupai struktur arsitektural. Temuan inilah yang kemudian mendorong penggunaan sejumlah peralatan canggih dalam tahap penelitian lanjutan.
“Penggunaan alat berteknologi tinggi ini diharapkan dapat membantu kami memetakan struktur Gunung Padang secara utuh dan mengungkap misteri yang selama ini masih tersembunyi di dalamnya,” ujar Ali Akbar, Sabtu (2/8/2025).
Survei Awal dan Pengamatan Lapangan
Pada hari pertama pengamatan, tim yang terdiri dari 11 orang ahli melakukan survei menyeluruh di lokasi situs. Mereka menelusuri berbagai bagian penting dari Gunung Padang, termasuk tangga utama menuju teras yang kini tertutup tanah dan rimbun oleh pepohonan. Titik-titik ini kemudian dijadikan acuan untuk ekskavasi lanjutan.
"Observasi ini menjadi langkah penting untuk menentukan titik awal ekskavasi. Situs ini diduga memiliki luas lebih dari satu hektare, sehingga diperlukan strategi pemetaan yang matang," jelas Ali Akbar.
Gunung Padang sendiri pertama kali ditemukan oleh arkeolog Belanda pada tahun 1890 dan sejak itu menjadi pusat perhatian para peneliti dunia karena diduga lebih tua dari Piramida Giza di Mesir.
Ekskavasi dan Keterlibatan Masyarakat
Setelah titik awal ditentukan, tim yang berjumlah lebih dari 100 orang—termasuk warga lokal—akan mulai melakukan ekskavasi atau penggalian arkeologis. Fokus utama ekskavasi adalah batu-batu tegak yang diduga sebagai pilar utama bangunan purba.
Menurut Ali Akbar, pemugaran situs ini melibatkan sembilan peneliti utama dari berbagai bidang keahlian, mulai dari arkeologi, geologi, geofisika, stratigrafi, geografi, geodesi, arsitektur, planologi, hingga hidrologi dan geoteknik. Setiap peneliti membawa tim masing-masing dengan status sebagai ahli di bidangnya.
“Semua anggota tim berasal dari dalam negeri. Kami tidak melibatkan peneliti asing secara langsung. Namun, jika ada ahli dari luar negeri yang menawarkan diri untuk bergabung, kami terbuka untuk berkolaborasi,” tambahnya.
Kolaborasi Ilmiah dan Pelibatan Warga
Lebih jauh, tim juga berkomitmen untuk melibatkan masyarakat sekitar dalam proses penelitian dan pelestarian situs. Langkah ini diyakini mampu meningkatkan kesadaran warga terhadap pentingnya pelestarian warisan budaya, sekaligus membuka peluang ekonomi baru melalui pariwisata sejarah.
“Pelibatan masyarakat bukan hanya sebagai tenaga pendukung, tetapi juga bagian dari edukasi agar situs ini tetap terjaga untuk generasi mendatang,” tutup Ali Akbar.
Situs Megalitikum Gunung Padang terus menjadi sumber inspirasi dan teka-teki besar dalam dunia arkeologi. Dengan penelitian lanjutan yang kini memasuki tahap mendalam, besar harapan bahwa sejarah peradaban purba Indonesia dapat terungkap lebih jelas dan memberikan kontribusi penting bagi ilmu pengetahuan dunia.
