-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tentang Waktu, Sabar, dan Hati yang Belajar Mengerti

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 07.38 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-11T00:38:36Z
"Sing Sabar Atuh, Teu Sakabeh Jalma Bisa Ngabagi Waktu Keur Urang"
Sabar ya, tidak semua orang bisa meluangkan waktu untuk kita

Dalam kehidupan, sering kali kita merasa kecewa ketika seseorang yang kita harapkan, entah teman, sahabat, keluarga, atau pasangan—tidak sempat hadir di waktu yang kita butuhkan. Ada rasa sepi yang sulit dijelaskan, semacam kekosongan yang muncul di antara harapan dan kenyataan. Namun di balik itu semua, ada pelajaran hidup yang halus tapi dalam: tidak semua orang bisa meluangkan waktu untuk kita, dan itu tidak apa-apa.
 
Makna Kesabaran dalam Hubungan Antar Manusia

Dalam budaya Sunda, kesabaran bukan sekadar menahan amarah atau menerima keadaan dengan pasrah. Sabar adalah bentuk kekuatan batin. Ia tumbuh dari hati yang memahami bahwa setiap orang memiliki jalan, tanggung jawab, dan ritme hidup yang berbeda.

Ungkapan “Sing sabar atuh, teu sakabeh jalma bisa ngabagi waktu keur urang” mengandung makna lembut: jangan terlalu menuntut kehadiran orang lain di setiap waktu yang kita mau. Karena bisa jadi, mereka pun sedang berjuang dalam hidupnya sendiri.

Sabar bukan berarti kita tidak boleh berharap, tetapi lebih kepada belajar menerima bahwa tidak semua hal bisa terjadi sesuai keinginan. Seperti pepatah Sunda lain mengatakan, “Mun teu meunang ayeuna, meureun keur disimpen keur engke.” (Kalau belum mendapatkannya sekarang, mungkin sedang disiapkan untuk nanti.)
 
Filosofi Waktu dan Rasa Ikhlas

Waktu adalah sesuatu yang sangat pribadi. Setiap orang memilikinya dalam jumlah yang sama, tapi menggunakannya dengan cara yang berbeda. Kadang kita merasa dikecewakan karena seseorang tidak sempat menanyakan kabar atau datang menemui kita. Namun bila kita lihat dari sisi lain, mungkin bukan karena mereka tidak peduli—melainkan karena waktu mereka sedang habis untuk hal yang juga penting dalam hidupnya.

Di sinilah rasa ikhlas berperan. Ikhlas bukan berarti berhenti peduli, tapi memahami bahwa cinta, perhatian, dan kebersamaan tidak selalu bisa diukur dari kehadiran fisik. Kadang cukup dengan doa, dengan diam yang tetap mengingat, atau dengan rasa percaya bahwa hubungan yang tulus tidak akan hilang hanya karena waktu yang sempit.
 
Sabar Adalah Bentuk Kedewasaan Emosional

Ketika kita belajar sabar, sebenarnya kita sedang menumbuhkan kedewasaan dalam diri. Kita mulai mengerti bahwa tidak semua hal bisa dikontrol. Orang-orang yang kita sayangi memiliki kehidupan, kesibukan, bahkan masalah yang tidak selalu bisa mereka ceritakan.

Sabar membuat kita berhenti menuntut, dan mulai memahami.
Sabar membuat kita berhenti bertanya “kenapa tidak datang?”, menjadi “semoga dia baik-baik saja.”
Dan dari titik itulah, hati kita menjadi lebih tenang.

Dalam kesabaran, tidak ada yang sia-sia. Justru di situlah kita menemukan ketulusan sejati. Sebab sabar adalah bukti bahwa cinta tidak harus dibalas dengan cara yang sama, cukup dengan tidak menyimpan kecewa berlebihan.
 
Pesan untuk Hati yang Sedang Menunggu

Bagi yang merasa diabaikan, tenangkanlah hatimu. Dunia tidak sedang melawanmu, hanya sedang mengajarimu arti menunggu dan menerima. Kadang Tuhan menjauhkan seseorang dari kita bukan karena ingin memisahkan, tetapi agar kita lebih mengenal arti kehadiran ketika waktunya tiba kembali.

Jangan biarkan rasa kecewa menghapus rasa syukur. Masih banyak hal kecil yang bisa membuat bahagia: secangkir kopi hangat di malam dingin, pesan singkat yang datang tanpa diduga, atau bahkan waktu tenang untuk merenung di teras rumah.

Karena sesungguhnya, orang yang sabar bukan berarti tidak pernah kecewa. Ia hanya memilih untuk tidak membiarkan kecewa menguasai hidupnya.
 
Kesabaran Adalah Cermin Kedewasaan Jiwa

Dalam filosofi Sunda, kesabaran itu seperti air — tenang di permukaan, tapi kuat mengalirkan kehidupan. Ia tidak terburu-buru, tapi pasti. Ia tidak memaksa, tapi terus mengalir ke arah yang benar.

Maka, jika hari ini seseorang tidak sempat menemani, jangan simpan sakit hati. Jadikan itu ruang untuk memahami dan menguatkan diri. Sebab seperti kata pepatah lama, “Lamun urang sabar, waktu nu bakal ngabales.” Artinya, bila kita sabar, waktu yang akan membalas dengan kebaikan.

Jadi, sing sabar atuh. Teu sakabeh jalma bisa ngabagi waktu keur urang. Tapi lamun urang bisa ngarti, bisa ngarasakeun, jeung bisa ikhlas, haté bakal leuwih hampang. Sebab sabar teh lain kalah, tapi tanda yén urang geus dewasa pikeun ngarti kumaha rasa sayang nu sajati.


×
Berita Terbaru Update