Ritual ini berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda, yakni seka yang berarti “membersihkan” dan banda yang berarti “benda”. Sesuai dengan maknanya, Seka Banda merupakan prosesi memandikan atau membersihkan batu-batuan di situs Gunung Padang serta benda-benda pusaka peninggalan nenek moyang yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar kawasan tersebut.
Ritual Seka Banda dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 12 hingga 14 Rabiul Awal, di area lima teras utama Gunung Padang. Kegiatan ini dilakukan dengan penuh kekhidmatan, melibatkan tokoh adat, budayawan, dan warga sekitar yang menjaga nilai-nilai spiritual dan budaya peninggalan leluhur.
Menurut catatan sejarah, ritual ini telah ada sejak tahun 1948–1949, pada masa pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Kala itu, tradisi ini dikenal dengan nama Ngumbah Pusaka — yang berarti “mencuci barang pusaka”. Tradisi ini sempat redup di tengah pergolakan zaman, hingga akhirnya Abah Tatang Setiadi, seorang budayawan Cianjur, menghidupkannya kembali pada tahun 2011 dengan nama baru, Seka Banda.
“Perubahan nama ini bukan hanya soal istilah,” tutur Abah Tatang dalam wawancara yang dikutip dari Titan dkk., 2023. “Seka Banda dimaknai sebagai upaya menyucikan bukan hanya pusaka, tapi juga pemiliknya — membersihkan lahir dan batin.”
Lebih dari sekadar kegiatan ritual, Seka Banda memiliki makna filosofis yang mendalam. Ia menjadi simbol pembersihan diri, penghormatan kepada leluhur, dan bentuk kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga warisan budaya serta kelestarian alam di sekitar Gunung Padang.
Tradisi ini juga berperan sebagai sarana mempererat hubungan sosial antarwarga. Melalui gotong royong dan kebersamaan dalam setiap tahap ritual, masyarakat menegaskan kembali nilai-nilai persaudaraan dan kepedulian terhadap sesama.
Kini, dengan dukungan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, ritual Seka Banda terus dipromosikan sebagai bagian dari identitas budaya daerah. Tradisi ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai spiritual dan budaya Sunda masih hidup dan relevan di tengah kehidupan modern masyarakat Cianjur.
.jpg)